Minggu, 06 Oktober 2013

Minoritas vs Mayoritas


 "Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. Tetapi semuanya ini kukatakan kepadamu supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku  telah mengatakannya kepadamu. "
Yoh 16: 1-4a

Menjadi minoritas dalam negara yang mayoritas non kristiani, menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Apalagi saya selalu sekolah di sekolah negeri, dimana kadang hanya segelintir siswa saja yang katholik, bahkan pernah sekelas hanya saya seorang. Walau sudah terbiasa dengan kenyataan tersebut, tetap saja saya kaget menyadari bahwa saya satu-satunya yang percaya dengan Yesus dan bunda Maria...

Saya ingat sekali sentimen-sentimen itu kerap saya dengar dari teman-teman, bahkan dari guru-guru saya sendiri. Sayapun kerap diajak untuk pindah agama secara blak-blakan, karena menurut mereka, saya pasti akan dipuja-puja, dianggap pahlawan, bahkan mudah dapat jodoh nanti. Banyak pula pertanyaan-pertanyaan yang menjebak, memojokkan, yang tidak mampu untuk saya jawab karena keterbatasan pengetahuan iman, dan masa-masa paling berat menjadi minoritas adalah masa-masa SD, karena anak-anak seumur itu belum mampu memahami arti menghargai sebuah perbedaan, apalagi agama. Dan menjadi berbeda adalah sebuah tekanan bagi saya. Setelah menjadi dewasa dan "kenyang"  dengan pergaulan dengan lingkungan non kristiani, saya sangat salut dengan orang yang berani membuat tanda salib di muka umum terutama sebelum makan, lalu mereka yang berani memakai rosario, karena sampai detik ini saya belum seberani itu, bahkan kebiasaan untuk tidak menceritakan agama saya tanpa ditanya juga tetap ada sampai sekarang.

Namun menjadi katholik adalah sebuah kebanggan bagi saya di tenah-tengah teman, lingkungan, bahkan salah satu orangtua saya yang bukan kristiani. Bagi saya katholik adalah agama universal, agama pemberi damai dan kasih bahkan bagi mereka yang tidak mengenal Allah sekalipun, dan lewat agama inilah ada banyak peristiwa rohani diluar logika yang saya lihat dan saya rasakan. Biarlah ada banyak orang yang berpikir negatif, atau bahkan menyakiti perasaan saya tentang agama ini, tidak apa-apa, karena saya  memilih untuk mendoakan mereka saja.  Mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan, dan biarlah  Allah sendiri yang "menegur" mereka. Jadi tetaplah menjadi katholik, tetaplah berkumpul bersama dengan saudara seiman sebesar apapun tantangan itu,  karena Tuhan Yesus itu sangat setia terutama kepada umat-Nya yang juga setia..
Salam teduh..

Yogya, 6 oktober 2013, minggu siang
kristianaeli@gmail.com