"Inilah yang menikam hatiku,
bahwa tangan kanan Yang Maha Tinggi berubah"
(Mzm 77:11)
Dengan izin seorang sahabat, saya ingin sedikit bercerita tentang peristiwa duka yang ia alami beberapa waktu lalu. Ia harus kehilangan salah satu anggota keluarganya yang amat ia sayangi secara mendadak. Bukan karena sakit, melainkan karena diambil Tuhan lewat sebuah peristiwa kecelakaan. Sebagai sahabat, saya ikut sedih, terpukul mendengar hal itu. Saya juga bingung, apa sih maksud Tuhan ini, kenapa harus sahabat saya yang saya anggap guru dalam hal agama dan hidup, yang harus diberi nasib seperti itu. Kenapa bukan orang lain yang mengisi hidup dengan hal-hal tidak berguna? Kenapa keluarganya yang Engkau pilih Tuhan? Ia yang selalu menjadi anak terang-Mu, yang menjalani hidup di jalan benar, dengan pengharapan dan pandangan yang baik akan dunia ini, yang selalu menyebarkan ceria dan tawa harus Engkau cobai. Tidak adakah cara yang lebih halus akan terjadinya rencana indah-Mu? Umatmu yang seperti itu saja kau cobai, lalu bagaimana dengan saya yang baru belajar untuk jalani hidup yang benar ini? Bukankah Tuhan pernah berkata, siapa yang mencari Tuhan maka ia akan ditambahkan kebahagiaan duniawi?
Saya sempat down waktu itu, terus mempertanyakan ketidakadilan Tuhan, dan sejujurnya sampai detik saya menulis blog ini, kadang pertanyaan KENAPA itu masih saja muncul..
Ketika saya sudah merasa pulih, dan mampu merenungkan semua itu, saya amati bahwa memang benar perbedaan antara orang yang menjalani hidup baik dan andalkan Tuhan seutuhnya dibanding mereka yang hanya mengandalkan hal-hal duniawi, yaitu mereka akan lebih jarang mengalami nasib buruk. Andaipun Tuhan mengizinkan roda hidup ada di bawah, maka akan ada begitu banyak dukungan dan bantuan yang tulus, seakan-akan tangan Tuhan tiada hentinya mengulurkan topangan, sehingga pemulihan itupun terjadi lebih cepat, dan mereka menjadi pribadi yang jauh lebih bersinar, berkualitas..
Sebenarnya ini adalah tema tersulit untuk saya tulis, untuk saya ambil makna, dan saya mengakui saya tidak punya kemampuan untuk itu, karena jika saya ditanya siapkah saya mengalami apa yang dialami sahabat saya itu, jelas saya tidak siap, memikirkan atau membahasnya saja sebenarnya saya tidak berani, oleh karena itu saya memilih untuk mengutip sebuah paragraf pendek yang saya ambil dari buku Berkembang Dalam Hidup
seperti dibawah ini:
"Kita mempunya rencana yang berkaitan dengan hidup, dan kita berusaha mati-matian agar rencana itu terlaksana. Namun kenyataannya ialah dalam hal-hal yang menyangkut hidup seringkali Allah mempunyai rencana yang berbeda dengan rencana kita. Oleh karena itu, kalau terlalu kuat berpegang pada rencana dan pandangan kita sendiri, kita akan sering merasa kecewa..."
Salam teduh..
Yogyakarta, awal Februari 2015
kristianaeli@gmail.com