Senin, 30 Maret 2015

Setangkai Palma Tak Sempurna


Mat 26:39
"Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: Ya Bapaku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini berlalu daripadaKu, tetapi janganlah seperti yang Kuhendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."

Menjelang pekan suci, sebenarnya perasaan saya sedang tidak begitu baik, selain saya sedang marah dengan seorang sahabat, ada hal-hal yang juga sedang saya pikirkan. Jadi waktu malam sebelum minggu palma, saya sudah berpikir bahwa misa minggu palma ini tidak akan terlalu menggembirakan diri saya, padahal selain misa malam paskah, misa minggu palma adalah misa terfavorit saya. 
Ketika terbangun pagi-pagi, seperti biasa ritual saya adalah langsung mencari tanaman palma(palem) di halaman, masih dengan perasaan yang tidak antusias, jadi ketika menyadari bahwa tanaman palma saya separo kering, saya hanya asal mengambil saja, tangkai mana yang paling mudah saya ambil, kebetulan tangkai itulah yang paling menjulur keluar, walau dengan ukuran yang melebihi yang lainnya. Ya tidak apa-apalah, yang penting bawa palma, namun kemudian saya baru  menyadari bahwa ternyata tangkai daun itu tidak sempurna, ada beberapa bagian dari daun yang cacat, mungkin kena hama atau binatang. Sempat saya berpikir untuk mencari yang lain, tapi tidak tahu kenapa rasanya saya ingin bawa yang itu. Ibu saya juga sempat bilang agar saya cari tangkai daun yang lain saja, tapi dalam hati saya berpikir, daun ini menggambarkan perasaan saya saat ini, dan tentu daun yang terpasang di salib setahun kelak bisa menjadi pengingat saya akan minggu palma tidak membahagiakan tahun ini. Jadi biarlah, akan tetap saya bawa, hanya daunnya sedikit saya rapikan supaya ukurannya tidak terlalu besar, selebihnya  senatural mungkin, basah dengan sisa hujan semalam dan  apa adanya...

Ternyata apa yang saya pikir tersebut tidak terjadi, dengan pasrah, ikhlas apa adanya, kebaikan-kebaikan Tuhan hadir pada diri saya sepanjang misa, dan saya catat beberapa diantaranya : Dimulai dari perarakan, yang ternyata lokasinya tidak di dalam gereja, namun di halaman parkir gereja, padahal itu tempat favorit saya biasa ibadat rosario, dimana suasana outdoor membuat pemandangan pagi serasa sempurna, dimana langit sangat cerah, biru, dengan burung-burung yang beterbangan.Rasanya Tuhan tahu bahwa sejak kecil saya sangat suka memandng langit biru. Ada perasaan lepas, bebas, dan tenang. Lalu perjalaan selanjutnya adalah perarakan memasuki gereja, dimana kami semua sempat melewati pepohonan yang rindang, dimana suasan sejuk pagi bercampur udara segar dari oksigen dibawah pepohonan. Hati ranya adem... 
Kebaikan Tuhan tidak berhenti sampai disitu, karena ruangan bawah gereja penuh, terpaksa saya naik ke ruangan atas gereja. Jujur sudah belasan tahun sejak terakhir pelajaran krisma tahun 2000, saya belum pernah menginjakkan kaki ke lantai atas. Pertamanya agak tidak nyaman karena tidak biasa ikut misa di lantai atas, tapi sebagian hati saya senang karena ada memori ceria masa lalu saat saya memandang pemandangan kampung2 sekitar gereja tiap saya pelajaran agama dulu ada. Dan semua memori itu muncul kembali. Lalu homili romo yang sebenarnya dulu kurang saya sukai, tapi membuat saya banyak tertawa, dan jujur homilinya banyak mengena di hati, membuat saya tersindir. Hingga akhirnya usai misa saya segera menuju jendela, dengan hati riang seperti anak kecil yang menikmati sesaat suasana kampung gereja dari semua sisi...

Itulah Minggu palma Gereja Brayat Minulya yang menggembirakan dan menceriakan, dan itu semua berawal dari pasrah dan ikhlas saya atas semua yang terjadi, yang terganbar dalam daun palma tidak sempurna yang terpajang di salib kamar saya saat ini,  yang membuat saya mengingat minggu 29 Maret 2015, sebagai minggu palma penuh sukacita sejati dari Tuhan.

Salam teduh
Yogyakarta, 29 Maret 2015, tengah hari
kristianaeli@gmail.com