Ketika Yesus dan murid-muridNya dalam perjalanan, tibalah Ia di
sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di
rumahnya. Perempuan ini mempunyai seorang saudara yang bernama Maria.
Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkatan-Nya,
sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata:
"Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani
seorang diri? Suruhlah dia membantu. "Tetapi Tuhan menjawabnya : "Marta,
Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi
hanya satu yang perlu : Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang
tidak akan diambil daripadanya."
Luk 10 : 38-42
Mazmur 812
Kasihanilah, ya Tuhan
Kaulah pengampun yang maha rahim dan belas kasihmu tak terhingga..
Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan diri saya ketika tiba-tiba saja saya ingin menangis untuk beberapa saat ketika mendengar lagu mazmur tanggapan dalam misa minggu pagi di Gereja Brayat Minulyo Wirobrajan beberapa waktu lalu. Mungkin jika sendirian di gereja, saya sudah menangis tersedu-sedu. Saya tidak mampu mengendalikan hati saya bahwa ada luka disana, luka yang saya buat sendiri karena kesibukan dan rutinitas duniawi yang menelan saya, dan membuat saya seperti kehilangan rasa.
Beberapa hari ini Tuhan memang membisikkan saya untuk meluangkan waktu untuk Tuhan, memang saya lakukan, tapi tidak maksimal, sebab saya kelelahan dengan kewajiban2 duniawi yang harus saya lakukan.
Tidak ikut misa harian, tidak berdoa rosario, jarang ikut sembahyangan, rasanya saya menjalani hari seperti robot, lelah dan menjemukan. Dan saya rindu "sentuhan" yang membuat saya sadar bahwa saya tidak boleh larut dalam kesibukan duniawi tersebut. Dan Tuhan menjawabnya.
Sebagai manusia, kita memang butuh menghidupi diri dan orang-orang yang kita kasihi, tapi bukan itu tujuan utama kita hidup kan, sehingga intensitas pertemuan kita dengan Tuhan berkurang. Dan Tuhan menegur saya lewat lagu mazmur tersebut dengan mengizinkan rasa sedih dan airmata ini ada, agar saya datang lagi kepada-Nya seintens dulu.
Mengejar duniawi memang tiada hentinya, tapi kita tetap harus berhenti sejenak, membuat jeda dari dunia hanya untuk menyapa Tuhan. Tidak dengan terburu-buru, serta tidak dengan kewajiban semata. Jadi mari sama-sama mengingatkan satu sama lain di tengah-tengah kesibukan untuk menyempatkan datang secara pribadi kepada-Nya...
Salam teduh..
Yogya, 22 September 2013, minggu siang
kristianaeli@gmail.com