Minggu, 20 April 2014

Lawatan Tak Terduga


"Bangkit bersama Kristus untuk mencintai dan melayani"


Misa malam paskah 2014 ini merupakan salah satu yang terindah yang saya rasa sepanjang hidup saya. Perayaan malam paskah di Gereja Brayat Minulya, Paroki Pugeran Yogyakarta terasa sangat hidup. Wilayah Patangpuluhan sebagai tuan rumah dan sekaligus petugas untuk semua rangkaian misa, mampu menampilkan kemampuan koor terbaiknya. Begitu juga dekorasi altar yang agak "mengagetkan" untuk malam paskah,  menghantarkan umat pada altar dengan suasana hijau tropis, penuh "pohon" palma dengan hiasan bunga-bunga. Benar-benar perpaduan sempurna dekorasi minggu palma dan malam paskah. Sentuhan seni juga nampak pada lukisan wajah Yesus yang terpampang pada dinding gereja, dengan kanvas gabus, media sederhana namun mampu mengguratkan talenta indah sang pelukis. Tidak Lupa aksen jawa juga muncul leawat bulatan-bulatan motif batik lewat sehelai kain pada tiang-tiang penyangga gereja. Dan semuanya itu manis.. 

Tapi diluar keindahan visual gereja, ada sebuah peristiwa kecil yang saya catat, yang berupa "lawatan" tak terduga Tuhan yang saya lihat...

Waktu itu saya mendapat tempat duduk di deretan kursi tambahan sepanjang gang diluar area utama gereja, dimana antara area utama dan luar area hanya dibatasi tembok kecil setinggi kurang lebih satu meter. Saya duduk persis di samping tembok tersebut, dan jarak antara tembok ke bangku dalam area utama gereja tidak sampai satu meter. Itu merupakan gang kecil yang jarang sekali bahkan tidak pernah dilewati Romo saat pemercikan air suci ke umat. Mana mungkin dilalui, orang bertubuh besar saja kadang harus berjalan miring. Tapi apa yang kami pikir tidak mungkin itu, menjadi mungkin jika Tuhan yang menghendakinya. Di luar dugaan, ternyata Romo memercikkan air suci lewat gang kecil itu, walau harus berjalan agak miring diikuti seorang misdinar di belakangnya. Kaget saya, jangankan Romo, Prodiakon saja mungkin memilih jalan yang lain yang lebih lebar agar bisa menjangkau umat lebih banyak, tapi ini dilakukan Romo yang merupakan pemimpin misa suci, dan bahkan seorang pastur kepala lagi, dan beliau langsung memilih jalan kecil tersebut sebagai jalur pertama beliau lewat. Bisa diibaratkan kami yang ada di antara gang kecil tersebut seperti "orang-orang pinggiran" yang jarang tersentuh, yang tiba-tiba didatangi langsung oleh bapak walikota yang memberi bantuan! Siapa yang akan menyangka hal tersebut...

Tuhan memang memperhatikan semua yang sering terlewati, Ia mencintai, Ia melayani, dan Ia melawat semua orang tanpa pilih kasih. Mari terus saja berharap pada Kristus sang penebus dunia, karena Ia pasti akan melawat kita dengan cara-caranyaNya yang tidak terduga, karena Kristus Tuhan kita semua...
Selamat Paskah 2014, salam teduh...

Yogyakarta, 20 April 2014
siang jelang sore
kristianaeli@gmail.com






Senin, 07 April 2014

Dalam Gelap, Engkau Semakin Dekat...


 "Pujian bagi-Mu, Ya Kristus, 
cahaya yang bersinar dalam kegelapan."

Saat malam tiba, kita menyalakan lampu atau penerangan lain untuk mengusir gelap. Terang membuat kita nyaman, aman dan mempermudah kita dalam melakukan apapun. Namun tidak selamanya gelap itu tidak baik dan membuat kita tidak nyaman, seperti kisah saya beberapa waktu lalu saat mengunjungi Ganjuran.

       Bersama seorang teman, saya berboncengan kesana sore hari dalam suasana hujan, dan sampai disana ketika gelap tiba. Waktu itu misa di gereja Ganjuran sudah dimulai, dan teman saya mengajak untuk ikut misa, tapi saya pikir sudah terlambat agak lama, jadi saya putuskan untuk langsung saja berdoa di candinya.

       Karena gerimis masih turun, saya mengambil tempat duduk agak ke barat, dibawah tenda, agar kami tidak kehujanan. Saya kemudian duduk dan memulai doa saya. Setelah beberapa waktu berdoa, tiba-tiba saja lampu padam. Seluruh area Ganjuran gelap gulita. Agak kaget juga saya, karena ini pertamakalinya saya berdoa dalam suasana gelap, sepi, gerimis, dingin, dan hanya beberapa lilin di dekat altar candi saja yang menerangi, namun cahayanyapun tidak sampai tempat duduk saya.

      Biasanya dalam suasana sedikit 'mencekam' itu, saya merasa takut, tapi kok saya justru merasakan perasaan yang teduh sekali. Saya merasa jauh lebih nyaman berdoa dalam suasana seperti itu. Suasana ketika titik-titik hujan, angin semilir, pendar lilin, dan sayup-sayup suara misa yang justru membuat saya seperti bersatu dengan alam semesta, dan Tuhan terasa dekat sekali....
Entah berapa menit telah lewat, dan  saya masih saja  berdoa hingga  lampu kembali menyala. 

       Sekelumit pengalaman di atas, membuat saya berfikir, gelap ternyata tidak selalu buruk dalam hidup kita. Dalam situasi gelap, baik gelap dalam arti sesungguhnya atau ketika kita dalam pencobaan, nama Tuhan justru lebih sering kita sebut, kita justru mencarinya, dan kehadirannya justru terasa sangat dekat dalam hidup kita.

       Pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita harus menghadirkan dahulu kegelapan dalam hidup kita baru kita menyadari bahwa Tuhan hadir dalam hidup kita? Mari kita renungkan bersama-sama...
Salam Teduh...

Yogya, minggu siang 6 April 2014
kristianaeli@gmail.com