"Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau berkenan, ambillah cawan ini dari hadapan-Ku, tetapi janganlah menurut kehendak-Ku, melainkan kehendakMu yang terjadi."
(Mat 26: 39)
Berdoa, salah satu cara kita untuk dekat dengan Tuhan, cara kita untuk memperoleh kedamaian lewat iman. Namun pernahkah kita berdoa di tempat yang tepat, dengan cara yang tepat tapi malah mengalami atau mendengar hal-hal yang justru menyesakkan batin? Itu yang terjadi pada saya, sekitar 7 tahun lalu ketika saya berdoa di salah satu tempat peziarahan kepada Bunda Maria.
Siang itu, suasana tidak begitu ramai, walau tidak juga sepi. Di bawah bayang-bayang pohon, dengan sehelai tikar, saya berdoa sambil memejamkan mata. Di tengah-tengah doa, saya mendengar suara seorang wanita tua yang terus saja mengomel tidak karu-karuan, dari kata-katanya sepertinya ia kurang waras. Rupanya ia disuruh pergi oleh salah seorang yang menjaga tempat peziarahan tersebut karena keberadaannya sedikit mengganggu umat dengan racauannya. Omelan wanita itu dibalas dengan usiran dan bentakan-bentakan. Saya kaget mendengar hal itu, tapi beruntung si wanita tua itu segera pergi sehingga suasana tenang kembali. Namun beberapa waktu kemudian si wanita datang kembali, kali ini dengan omelan-omelan yang lebih keras, dan usiran yang lebih kasar pula dari si penjaga. Semua bahasa preman, bahasa sampah, dan bahasa binatang keluar dibarengi dengan rontaan si wanita tua dan balasan makian yang juga menjadi-jadi. Lingkungan doa yang seharusnya tempat sedamai surga, menjadi seperti lingkaran neraka bagi saya.
Saya ingin sekali menghentikan doa saya karena tidak sanggup mendengarnya, dan sepertinya semua orang yang juga tengah berdoa dengan saya juga mengalami "pertempuran " batin , antara menghentikan doa sejenak, atau berhenti untuk menegur, atau terus saja melanjutkan doa. Namun sepertinya saya, dan mungkin orang-orang lain yang sama-sama tengah berdoa telah "kalah", karena tidak ada satupun dari kami yang bereaksi akan hal itu. Saya kalah, karena hati nurani saya memberikan sinyal-sinyal gelisah dan tidak damai, hingga si wanita tua itu bisa diusir dari tempat itu...
Tuhan kadang menguji kita saat kita berdoa, dengan cara yang tidak kita sangka, dan hanya pribadi bijaklah yang mampu menyikapi ujian Tuhan itu dengan cara yang baik. Saya memang jauh dari kata bijak, tapi semoga kita bisa memasrahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan, tidak hanya saat kita menjalani kehidupan sehari-hari, namun juga saat kita menghadap langsung Tuhan dalam doa-doa kita, sehingga ketika ujian itu datang tiba-tiba, kita tidak menjadi pribadi-pribadi yang kalah... Amin.
Salam teduh...
Yogya, 31 Juli 2014, tengah hari...