"Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada tigapuluh kali lipat, ada yang ebam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat." Dan kataNYa: "Siapa mempunyai telinga untu mendengar, hendaklah ia mendengar." Mar 4:3-9
Peristiwa ini saya alami tepat saat misa malam Paskah 2013 kemarin di Gereja Brayat Minulyo paroki Pugeran Yogyakarta, yang ingin sekali saya bagi kepada Anda semua. Kejadiannya cukup unik, dmn didepan saya ada sebuah keluarga dg seorang anak, dimana sang ayah membuat saya geleng-geleng kepala. Waktu itu pas malam cahaya, dimana semua lampu dipadamkan, dan para misdinar menyebarkan nyala lilin dari cahaya perlambang Kristus. Nah sang ayah tadi rupa-rupanya sangat tidak sabar. Ia menyalakan koreknya dan mulai menyalakan lilinnya sendiri, dan parahnya hal itu ternyata di 'idem' kan oleh istri dan anaknya. Dan Anda tahu sendiri, lilin dari cahaya "palsu" itu mulai menyebar... Saya yg berada tepat di belakangnya jelas tidak mau meminta, jadi saya menyeberang blok tempat saya duduk hanya utk meminta cahanya asli. Tapi sialnya, baru dua langkah menuju tempat saya duduk, lilin saya padam... waduh, akhirnya saya minta cahaya lilin di belakang tempat duduk saya yang sialnya saya tidak tahu apakah itu cahaya asli atau palsu...
Ya, dari cerita saya tersebut anda bisa menilai seperti apa sosok sang pemimpin keluarga tersebut, dmana ia akan mencari terang yang paling instan ketika gelap melanda...
Tapi catatan juga buat saya, kenapa saya meminta cahaya lilin dari cahaya yg saya tidak yakin itu asli atau palsu, hanya karena saya agak malu utk menyebrang blok lagi dimana terang dari cahaya sang sumber asli jelas ada...
Salam teduh...
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lagu Nderek Dewi Maria
(versi Djaduk F)
Lagu tersebut merupakan lagu rohani berbahasa jawa terfavorit saya. Saya merasakan getaran-getaran yang amat menenangkan yang saya rasakan setiap saya mendengarnya. Waktu tu salah seorang sahabat yang sekarang tinggal di Jakarta yang mengijinkan saya mendengar lagu ini (versi Djaduk F) utk pertamakalinya di Ganjuran, ketika berada di depan patung Bunda Maria. Luar biasa efeknya, hati saya seperti masuk dalam ruang meditasi doa, dimana teduh itu berada. Bagi saya, lagu Nderek Dewi Maria memiliki sebuah kekuatan, seperti kekuatan yang ada ketika kita menyebut sosok Ibu, dan ibu tersebut adalah Bunda Maria, sang Bunda Tuhan..... Sejak saat itu, ketika hati saya resah, takut, gundah, maka saya pasti mendengarkannya.
Semoga Anda semuapun dimanapun berada, merasakan hal yang sama dengan saya menyangkut lagu Nderek Dewi Maria tersebut....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar