Jawab Yesus kepada mereka : "Apabila kamu berdoa, katakanlah : Bapa, dikuduskanlah namaMu, datanglah Kerajaanmu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya, dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami, dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.
Luk 11:2-4
Di minggu sore, saya sengaja datang lebih awal untuk mengikuti misa. Selain bisa bebas memilih bangku tempat duduk yang paling membuat saya bisa khusyuk, sayapun juga ingin berdoa rosario. Namun, saat saya baru masuk dari pintu utama gereja, mata saya tertuju pada sosok imam berjubah putih yang tengah mengambil air suci yang masuk dari pintu samping gereja. Bukankah beliau pastur kepala? Dan bukankah misa masih lama dimulainya? Tanya saya dalm hati.
Beliau mendekati altar, memberi hormat, lalu berbalik dan duduk di kursi umat paling depan. Karena tujuan utama saya adalah duduk di area depan, maka sayapun memilih duduk dua baris di belakang sisi kanan beliau.
Bagi saya ini pemandangan langka untuk saya lihat, karena biasanya romo baru masuk gereja setelah misa dimulai, dan itu membuat saya penasaran dan ingin tahu apa yang beliau lakukan. Rupanya beliau membuka buku doa, dan Madah bakti, lalu berdoa. Selesai berdoa, beliau terdiam dan hanya terus memandang altar...
Seperti inikah sosok yang akan mempersiapkan hatinya dalam memimpin misa? Menetralkan hati dalam proses peralihan dari "dunia pasar ke dunia altar"...
Saya masih saja terus mengamati beliau, hingga sekitar sepuluh menit sebelum misa, beliau beranjak menuju altar, menata kitab suci dan beberapa buku, lalu masuk ke dalam sakristi...
Saya mencoba berkaca dengan diri saya, sosok yang jauh daris sempurna ini. Saat masuk ke dalam gereja, apa yang saya lakukan? Berdoa setelah sampai dalam gereja itu pasti, kadang rosario jika saya sedang ingin rosario, tapi jika misa masih saja belum dimulai? Ya, saya kadang saya sedikit ngobrol dengan umat sebangku, atau mengamati umat sekitar tempat duduk, atau kadang melamunkan dan memikirkan hal yang tidak berhubungan dengan imani.
Tapi tentu yang terbaik adalah seperti pastur kepala tadi, mengisi waktu yang ada dengan doa, mengisi hati dengan iman dan hal tersebut patut diteladani oleh saya, oleh anda, dan oleh kita semua.
Yogyakarta, 31 Maret 2014
Pagi menjelang siang
kristianaeli@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar