Sedari saya kecil, wilayah Ngestiharjo Kidul yang letaknya di barat daya Gereja Brayat Minulyo (GBM), Paroki Pugeran Yogyakarta, sudah saya kenal sebagai wilayah yang memiliki umat Katholik yang banyak, yang paling aktif dalam kegiatan rohani, paling guyub rukun, paling nyeni, paling mandiri, dan paling njawani.
Sejujurnya saya agak iri dengan banyaknya "paling" tersebut, namun faktanya memang demikian, sehingga tidak ada alasan untuk iri, yang ada hanyalah kekaguman saja.
Di semua wilayah GBM, hanya Ngestiharjo Kidul satu-satunya wilayah yang punya tempat doa sendiri yang disebut wisma Ngestiharjo, kegiatannyapun mulai dari misa malam Jumat pertama, adorasi, legio maria, dll. Wow hebat ya untuk wilayah yang sebenarnya tidak luas sekali namun mampu melakukan semua aktifitas rohani tersebut.
Sebenarnya saya kadang diajak teman untuk ikut kegiatan-kegiatan di Ngestiharjo Kidul, tapi belum saya iyakan, namun ketika ada ajakan untuk ikut acara perayaan natal tahun 2014 ini, saya semangat sekali untuk datang, karena saya penasaran, seperti apa ya umat Ngestiharjo Kidul kalau mengadakan sebuah acara, mengingat semua reputasi yang disandangnya selama ini.
Pada awalnya saya sedikit tidak enak untuk datang, karena saya ini kan orang luar, tapi untungnya dengan punya beberapa sahabat dan kenalan disana, membuat saya merasa nyaman, apalagi wajah-wajah umat Ngestiharjo Kidul yang tidak asing di mata saya, dan wajah saya mungkin juga tidak asing mata mereka. Jadilah saling tegur sapa terjadi, dan membuat saya merasa bukan tamu di situ, tapi merasa akrab seperti saya ikut natalan di wilayah saya sendiri.
Dari perkiraan saya, ternyata benar, natalan yang njawani sudah terasa ketika saya memasuki tempat acara. Musik-musik jawa terdengar, dan hiasan janur kuning yang menjuntai menyambut saya. Ketika saya mengambil tempat duduk, mata saya langsung mengarah ke seperangkat gamelan di sisi selatan panggung. Hebat deh, wilayah ini punya alat gamelan sendiri. Lalu dari gamelan, mata saya mengarah ke arah panggung di depan saya yang dikelilingi pagar bambu pendek, mungkin menggambarkan halaman gua tempat Yesus dilahirkan. Panggung yang sederhana sekali, tapi menarik, dan saya suka. Ketika acaranya dimulai, ternyata MC nya sahabat saya sendiri, wah sudah mirip seperti penyiar TVRI mbak...:-)
Kalau dari keseluruhan acara menurut saya lumayan menarik, mulai dari tari-tari anak-anak PIA, pertunjukan musik kaum mudika (OMK) yang dengan jiwa mudanya menyanyi bersama-sama membuat saya merasakan getaran energi semangat ala Ngestiharjo Kidul, lalu gantian pertunjukan para orangtua dengan tembang jawanya, sehingga inilah Ngestiharjo sejati yang guyup rukun dan lengkap... dan sayapun seperti merasa katholik bukan minoritas, namun mayoritas!
Sayang saya harus pulang di jam setengah sepuluh malam, saat acara belum selesai, namun sebelum pulang, tentu saya ingin melihat apa yang dihidangkan pada perayaan natal tersebut. Ternyata opor tempe, telor setengah iris, dengan karbohidrat berupa lontong maupun bubur, lalu pisang rebus dan kacang rebus, namun yang unik, selain adanya piring sebagai tempat makan, ternyata disediakan pula pincuk (alas makan dari daun pisang) wow, ini dia nilai plus yang saya temui dari Ngestiharjo kidul...
Memang benar ternyata menarik tidak harus mewah, cukup sederhana saja namun dikemas baik dengan suasana guyub rukun akan meninggalkan perasaan bahagia bagi tamu yang datang, dan itu yang saya rasakan kemarin di perayaan natal 2014 Ngestiharjo Kidul.
Salut ...
kristianaeli@gmail.com
Ketika aku berdoa lewat tanda salib yang kubuat,lewat butir-butir rosario dalam jari jemariku, maka suara keheningan itu tiba..
Kamis, 01 Januari 2015
Menjadi Lebih Dari Setia
"Lalu kata Maria : Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah Juru Selamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus."
Luk 1 : 46
Dari semua doa devosi, saya paling menyukai doa rosario. Doa kepada bunda Maria tersebut menjadi magnet yang selalu menimbulkan kerinduan besar saat saya tidak melakukannya. Walaupun sudah sering sekali doa rosario, ternyata sebagai manusia biasa saya kadang melakukan kesalahan yang biasanya tidak saya sengaja. Faktor mengantuk, lelah, atau tidak fokus menjadi salah satu sebabnya.
Di tengah-tengah rosario, saya pernah agak kaget dengan doa Salam Maria yang baru saya mulai sudah langsung Amin. Ternyata saya salah ucap dari yang seharusnya dimulai dengan :
"Salam Maria penuh rahmat..." menjadi "Santa Maria bunda Allah.. Amin".
Pernah juga saya bleng dengan urutan peristiwa rosario, sehingga saya kadang berhenti beberapa waktu untuk mengingat dan mengurutkannya kembali, tapi tidak saya ulangi lagi dari awal karena males sekali, namun terus saja melanjutkan.
Di lain waktu, saking asyiknya Salam Maria, saya tidak sadar bahwa butir rosario sudah sampai pada Kemuliaan-Bapa kami, otomatis ketambahan 1 Salam Maria. Namun dari semua kealpaan saya tersebut, ada satu yang buat saya terheran-heran sampai sekarang, dimana saya beberapa kali sudah sampai ujung rosario, padahal saya sangat sadar bahwa saya baru sampai peristiwa ke-4. Sampai sekarang itu masih menjadi misteri kelapaan saya...
Yah, apapun itu, saya sudah berusaha semampu saya untuk menjadi pribadi yang setia dengan rosario, walaupun kelemahan manusia itu ada. Saya yakin ada banyak yang seperti saya diluar sana, namun mudah-mudahan kita tidak hanya sampai pada tahap setia saja, namun juga memperbaiki kualitas kefokusan kita saat berdoa. Amin.
Salam teduh...
Yogyakarta, 19 Oktober 2014 malam
Langganan:
Postingan (Atom)