Kamis, 01 Januari 2015

Ngestiharjo Kidul, Lumbung Umat Katholik Jawa...

Sedari saya kecil, wilayah Ngestiharjo Kidul yang letaknya di barat daya Gereja Brayat Minulyo (GBM), Paroki Pugeran Yogyakarta, sudah saya kenal sebagai wilayah yang memiliki umat Katholik yang banyak, yang paling aktif dalam kegiatan rohani, paling guyub rukun, paling nyeni, paling mandiri, dan paling njawani.
Sejujurnya saya agak iri dengan banyaknya "paling" tersebut, namun faktanya memang demikian, sehingga tidak ada alasan untuk iri, yang ada hanyalah kekaguman saja.

Di semua wilayah GBM, hanya Ngestiharjo Kidul satu-satunya wilayah yang punya tempat doa sendiri yang disebut wisma Ngestiharjo, kegiatannyapun mulai dari misa malam Jumat pertama, adorasi, legio maria, dll. Wow hebat ya untuk wilayah yang sebenarnya tidak luas sekali namun mampu melakukan semua aktifitas rohani tersebut.
Sebenarnya saya kadang diajak teman untuk ikut kegiatan-kegiatan di Ngestiharjo Kidul, tapi belum saya iyakan, namun ketika ada ajakan untuk ikut acara perayaan natal tahun 2014 ini, saya semangat sekali untuk datang, karena saya penasaran, seperti apa ya umat Ngestiharjo Kidul kalau mengadakan sebuah acara, mengingat semua reputasi yang disandangnya selama ini.
Pada awalnya saya sedikit tidak enak untuk datang, karena saya ini kan orang luar, tapi untungnya dengan punya beberapa sahabat dan kenalan disana, membuat saya merasa nyaman, apalagi wajah-wajah umat Ngestiharjo Kidul yang tidak asing di mata saya, dan wajah saya mungkin juga tidak asing mata mereka. Jadilah saling tegur sapa  terjadi, dan membuat saya merasa bukan tamu di situ, tapi merasa akrab seperti saya ikut natalan di wilayah saya sendiri.

Dari perkiraan saya, ternyata benar, natalan yang njawani sudah terasa ketika saya memasuki tempat acara. Musik-musik jawa terdengar, dan hiasan janur kuning yang menjuntai menyambut saya. Ketika saya mengambil tempat duduk, mata saya langsung mengarah ke seperangkat gamelan di sisi selatan panggung. Hebat deh, wilayah ini punya alat gamelan sendiri. Lalu dari gamelan, mata saya mengarah ke arah panggung di depan saya yang dikelilingi pagar bambu pendek, mungkin menggambarkan halaman gua tempat Yesus dilahirkan. Panggung yang sederhana sekali, tapi menarik, dan saya suka. Ketika acaranya dimulai, ternyata MC nya sahabat saya sendiri, wah sudah mirip seperti penyiar TVRI mbak...:-)
Kalau dari keseluruhan acara menurut saya lumayan menarik, mulai dari tari-tari anak-anak PIA, pertunjukan musik kaum mudika (OMK) yang dengan jiwa mudanya menyanyi bersama-sama membuat saya merasakan getaran energi semangat ala Ngestiharjo Kidul, lalu gantian pertunjukan para orangtua dengan tembang jawanya, sehingga inilah Ngestiharjo sejati yang guyup rukun dan lengkap... dan sayapun seperti merasa katholik bukan minoritas, namun mayoritas!

Sayang saya harus pulang di jam setengah sepuluh malam, saat acara belum selesai, namun sebelum pulang, tentu saya ingin melihat apa yang dihidangkan pada perayaan natal tersebut. Ternyata opor tempe, telor setengah iris, dengan karbohidrat berupa lontong maupun bubur, lalu pisang rebus dan kacang rebus, namun yang unik, selain adanya piring sebagai tempat makan, ternyata disediakan pula pincuk (alas makan dari daun pisang) wow, ini dia nilai plus yang saya temui dari Ngestiharjo kidul...

Memang benar ternyata menarik tidak harus mewah, cukup sederhana saja namun dikemas baik dengan suasana guyub rukun akan meninggalkan perasaan bahagia bagi tamu yang datang, dan itu yang saya rasakan kemarin di perayaan natal 2014 Ngestiharjo Kidul.
Salut ...

kristianaeli@gmail.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar