Senin, 06 April 2015

Paskah Yang Sepi..

Syukur Padamu Tuhan (MB 427)
(Bait 2)
Kau Tumbuhkan dalam hati, pengharapan dan iman
Kau kobarkan cinta suci dan semangat berkorban
Kami Kau lahirkan pula 
Untuk hidup bahagia
Dalam kerajaanmu...

Dalam misa malam paskah tahun ini, saya mengikutinya bersama ibu dan seorang keponakan saya yang masih TK di Gereja Brayat Minulyo, Patangpuluhan Yogyakarta. Sengaja kami datang lebih awal, yaitu 1,5 jam sebelum misa jam 19.00 dimulai, tentu agar mendapat tempat yang paling strategis sesuai permintaan keponakan saya yang ingin jelas melihat prosesi upacara misa, khususnya yang dilakukan putra altar. Maklum beberapa waktu ini keponakan saya tersebut tiba-tiba mengatakan ingin menjadi seorang putra altar. Senang rasanya hati ini mendengar hal itu, walau itu hanya perkataan seorang anak TK yang bisa berubah-ubah setiap saat..
Waktu memasuki gereja, kalung yang saya pakai tiba-tiba lepas, hampir jatuh, dan tidak bisa diperbaiki, saya kaget, tapi saya tidak berpikir apapun. Karena saya mersa nyaman kalau memakai kalung, akhirnya saya mengalungkan rosario di leher saya sepanjang misa berlangsung. Di tengah misa, tiba-tiba tercium aroma (maaf) BAB. Rupanya keponakan saya mengalami sedikit BAB tak sengaja (kecerit, jawa) di celananya. Memang beberapa waktu ini ia sedang mengalami masalah pencernaan. Selain itu ia memang agak rewel. Akhirnya ibu bilang ke saya untuk mengajak keluar keponakan saya tersebut. Saya pikir ia diajak ke toilet  maupun area luar gereja untuk sedikit menenangkananya, tapi ternyata sampai misa usai, ibu dan keponakan saya tidak juga datang kembali ke bangku. Jadilah saya sendiri mengikuti misa, untung ada seorang ibu yang duduk di dekat saya, jika tidak entahlah apa rasanya, duduk sendirian di misa  malam paskah yang istimewa, karena bangku yang saya duduki itu letaknya di pinggir lorong tengah, di depan sendiri. Sesekali saya memandang gambar Maria di dinding gereja yang cantik sekali, dan saya suka sekali dengan gambar itu. Memandang wajahnya merupakan hiburan untuk saya. Ketika misa usai, ternyata ibu dan keponakan saya tidak ada, jadi mungkin mereka  sudah pulang dulu, jadilah saya pulang sendiri. Sampai di rumah, benar perkiraan saya, mereka sudah ada di rumah. Ternyata ibu berinisiatif mengajak pulang keponakan karena selain rewel, ia juga tidak bertemu dengan orangtuanya yang sudah janjian duduk di suatu tempat, padahal celana ganti yang juga dipersiapkan jika sewaktu-waktu terjadi BAB dibawa orangtuanya. Jadi mau tidak mau keponakan harus dibawa pulang supaya tidak menggangu kenyamanan umat lain.


Mendengar hal itu, sisi keibuan saya muncul. Rasanya sedih sekali mengetahui keponakan saya yang sebenarnya masih ingin senang di gereja dan tidak mau pulang, mau tidak mau harus pulang karena kesalahn pencernaan. Ya, juga ini kesalahan kami smua yang tua ini...
Pukul 22.00 saya memutuskan masuk kamar saja dan segera tidur, saya mersa tidak mood di malam paskah ini. Ada sedih, dan rasanya ini malam yang sepi sekali. Di tempat tidur, saya ingat homili romo tadi yang bertanya, "Apakah ada yang merasa sedih saat ini?" Di tengah sukacita dan kemeriahan misa malam paskah, mungkin banyak yang bilang tidak, tapi hati orang siapa yang tahu... Ketika misa usai, ketika kita pulang, ketika kita kembali kepada kehidupan duniawi kita, ada yang tetap bersukacita, namun ada pula yang          sebaliknya. Dan saya sendiri mengalami yang no 2 tadi. Biasanya dengan mudahnya saya akan sms teman-teman dengan kata-kata ucap seperti sukacita paskah, kebangkitan dll. Namun malam itu saya tidak mampu berkata apa-apa, karena saya terus saja mempertanyakan kenapa malam paskah seperti ini Tuhan, jauh dari harapan saya...

Namun.... di pagi harinya, kala saya terbangun di minggu pertama paskah ini, saya dikagumkan dengan sinar matahari yang sangat cerah. Dan itu mengingatkan saya kembali bahwa apapun yang telah terjadi semalam, matahari selalu terbit di ufuk  timur. 
Setiap hari adalah harapan, seperti Kristus sang pemberi harapan. Paskah tidak hanya sekedar kebangkitan semata. Jika kita bisa merasakan paskah dengan sukacita, ya bagus, tapi jika tidak, maka paskah adalah HARAPAN. Seperti harapan saya nanti akan paskah yang penuh sukacita di tahun 2016. Amin
Selamat Paskah 2015 !
Salam teduh

Yogyakarta, 5 April 2015. Minggu pertama awal paskah
kristianaeli@gmail.com





Minggu, 05 April 2015

Seputih Kamis Putih

Lalu Ia bangkit dari doaNya, dan kembali kepada murid-muridNya, tetapi Ia mendapati mereka sedang tidur karena dukacita. KataNya kepada mereka: "Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu tidak jatuh ke dalam pencobaan."
Luk 22 : 45-46

Senja sebelum saya berangkat ke Gereja Brayat Minulyo untuk mengikuti misa Kamis Putih, saya sengaja mampir sesaat ke rumah salah seorang teman untuk suatu keperluan. Sebelum pulang pamit, saya sempat ditanya oleh orang tua teman saya yang kebetulan beragama non nasrani. Beliau bertanya, saya mau kemana kenapa rapi, dan saya menjawab mau ke gereja. Orangtua temen saya itu agak kaget dengan jawaban saya, kok ke gereja hari kamis, akhirnya saya jawab singkat karena mau Paskah, dan segera cepat-cepat berlalu dari rumah temen saya itu. Sebenarnya bukan karena takut terlambat, tapi tepatnya karena saya tidak mau ditanya macam-macam tentang agama katholik, selain tidak siap, saya tidak punya kemampuan untuk menjawab dengan baik.
Di sepanjang perjalanan, ada perasaan yang sangat tidak nyaman. Hati saya berkali-kali berkata, "menjadi katholik itu tidak mudah", sempat saya merasa kecil dan tidak punya daya sebagai seorang minoritas. Baru beberapa menit melangkah setelah keluar gang, dan bermaksud menyebrang di jalur yang searah, saya nyaris saja ditabrak motor yang berjalan di belakang saya. Beberapa tukang becak sudah berteriak melihat kejadian itu, dan sayapun kaget sekali. Untung sekali si pengendara hanya berjalan pelan dan mampu mengerem dengan tepat, jika tidak minimal saya pasti sudah terjatuh dan lecet-lecet. Entah siapa yang patut dipersalahkan di suasana temaram senja itu, yang jelas saya segera melanjutkan perjalanan ke gereja dengan pikiran bahwa ini peringatan Tuhan atas keluhan-keluhan saya tadi...

Sepanjang misa berlangsung, saya tidak mampu mengendalikan pikiran-pikiran yang berkeliaran kemana saja. Sebenarnya saya sadar saya harus segera konsen ke misa, tapi kembali lagi saya tidak bisa fokus. Tiba-tiba saya merasa agak sakit, dari yang agak pusing, mau masuk angin, dan yang paling mengganggu adalah saya merasakan nyeri di dada saat bernafas. Saya heran, karena  saya merasa dalam kondisi sehat-sehat saja. Tidak lucu rasanya jika dalam keadaan berangkat sendiri misa saya harus ke ruang kesehatan. Namun homili romo membuat saya kembali tersadar, bahwa ini mungkin peringatan kedua Tuhan  untuk saya menyetop pikiran-pikiran liar saya. Dan saya bersyukur bisa mngikuti misa kamis putih dengan lancar dan sehat tidak mersakan gangguan kesehatan lagi sampai usai. Dari kejadian itu, saya memutuskan untuk mengikuti tuguran, karena ini waktu yang paling tepat untuk merenungi semua yang telah terjadi.
Sambil menunggu tuguran, saya sengaja rosario di bangku area tengah. Di tengah-tengah rosario, saya disuruh seorang petugas untuk pindah ke area depan agar depan terisi semua. Uniknya bangku depan sisi kiri lorong tidak ada yang mendudukinya, jadi saya ambil tempat itu sendiri. Senang rasanya karena selain dekat dengan altar, sayapun bisa melihat jelas romo paroki yang juga mengikuti tuguran. Karena beliau tidak mengambil buku panduan, sayapun memilih mengikuti beliau dengan hanya diam, mendengarkan bacaan dan tentu saja menatap altar dengan patung Kristus terselubung putih. Ada perasaan teduh dan tenang yang saya rasa. Saya mencoba memikirkan semua yang telah terjadi dalam hidup saya, dan kembali sadar bahwa kamis putih bukan hanya sekedar misa peringatan perjamuan terkahir saja, namun juga sarana perenungan diri akan ketidak sempurnaan kita selama ini, sebagai sarana "memutihkan" hati kembali dihadapan Tuhan, dengan Berjaga-jaga dan berdoa....
Salam teduh...

Yogyakarta, Jumat-sabtu 3-4 April 2015
kristianaeli@gmail.com