Minggu, 14 Juni 2015

Maria, Sang Penabur Bibit Katholik


 "Ya nama-Mu Maria, Bunda yang kucinta.
Merdu menawan hati segala anak-Mu.
Patutlah nama itu hidup di batinku.
Dan nanti kuucapkan di saat ajalku."

Setiap orang memiliki sejarahnya masing-masing dalam menjadi seorang katholik. Jika kedua orangtuanya katholik, maka bisa dipastikan dan secara otomatis  ia akan dididik menjadi pengikut Kristus. Namun akan jadi menarik rasanya jika kedua orangtuanya berbeda agama seperti saya ini. Oleh karenanya saya mencoba flashback  pada diri saya beberapa puluh tahun lalu untuk menemukan alasan kenapa saya menjadi katholik.

Sepanjang ingatan saya, saya mulai dikenalkan agama katholik di usia 4 tahunan, sebelum saya masuk TK. Ibu kadang menceritakan tentang gereja, ketika saya bertanya apa itu gereja, ibu menjawab, "Ya besok kesana ya.." Setelah itu ibu membawa saya ke suatu tempat yang saya tidak tahu itu apa, yang kemudian saya tahu itulah gereja seperti yang dimaksud ibu, dan ibupun memberi saya sebuah permen coklat agar saya tidak meminta makan atau minum. Gereja itu bernama Gereja (kapel, dahulu) Brayat Minulyo, Patangpuluhan Yogyakarta, sebuah bangunan joglo, dengan bangku kayu (bagian tengah) dan kursi aluminium bercat kuning (di bagian sayap joglo), dan dibagian sayap itulah letak kami selalu duduk, dan tempat saya mengamati semua upacara gereja dengan pasif, dan bahkan lebih banyak mengamati orang-orang di sekitar tempat saya duduk. Di usia yang masih hijau tersebut, saya sudah merasakan perasaan senang dan selalu menanti untuk diajak kembali ibu ke gereja.

Namun diluar masalah gereja, ibu pernah menyebut satu nama yang pertama kali saya tahu yang ada dalam agama katholik, yaitu maria. Nama maria sangat melekat di diri saya, baru kemudian bayi Yesus. Doa pertama yang diajarkan ibu pada saya dan paling saya sukai yaitu Salam maria. Doa Bapa Kami baru saya ketahui setelah saya sekolah di TK, itupun saya bersekolah di  TK kristen yang tidak mengutamakan maria, namun uniknya saya tetap lebih cepat hafal dan suka Salam Maria dan sosok Maria karena lebih dekat dengan hati saya.


Jadi jika ditanya siapakah maria? Maka maria menurut saya bukan saja ibu dari Tuhan Yesus, bukan saja sang pendoa dan teladan, namun juga Sang Pembawa bibit dan Sang Penabur iman katholik dalam diri saya.
Lewat Marialah saya merasa dekat dengan Yesus. Jadi ajari anak-anak kita tentang maria, tentang Salam Maria, tentang rosario, maka Yesus akan lebih mudah datang kepada mereka. Amin.

Salam teduh.
Yogyakarta, Maret-Juni 2015
kristianaeli@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar