Katanya kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, mengikut salibnya setiap hari dan mengikut Aku.."
Luk 9: 23
Ketika memutuskan untuk menulis sebuah blog rohani, saya didera keraguan dan rasa tidak percaya diri. Siapalah diri saya ini? Saya hanya orang biasa yang tidak begitu menguasai ilmu teologi dan bukan pula umat yang aktif dalam hal gerejani (kecuali misa dan doa-doa harian). Saya juga selalu berpikir, jangan-jangan tulisan saya tersebut hanya dianggap "sok teori" belaka. Namun rupanya Tuhan terus menerus mengarahkan saya untuk menulis sehingga blog Suara Keheningan tercipta. Blog inipun saya jadikan sarana pribadi untuk selalu eling lan waspada (ingat dan waspada), agar selalu berhati-hati melangkah dalam hidup supaya tidak melenceng dari jalan Tuhan. Jika ada orang diluar sana yang mendapatkan inspirasi setelah membaca tulisan2 saya, maka saya menganggap itu sebuah anugrah, dimana Tuhan berkarya, menjamah orang tersebut lewat tulisan2 saya.
Untuk menjadi terus eling lan waspada, dengan cepat2 meluruskan hati, juga bukanlah perkara mudah. Seperti hari Minggu siang 23 Juni 2013 kemarin, contoh konkret begitu sulitnya pengendalian diri pada saya akan godaan yang bernama emosi. Kesabaran saya waktu itu benar2 diuji, pikiran dan hati saya sepanas siang itu. Saya sadar, hal tersebut tidak boleh dibiarkan terus menerus. Saya ini menulis blog rohani, dan tidak sepantasnya kata-kata tidak terkontrol ini berada di pikiran saya. Saya terus berusaha menetralkan diri, tapi hati saya belum bisa berkompromi.
Di tengah-tengah rasa kacau dan semrawut itu, saya teringat homili dari romo Nunung saat misa sabtu sore kemarin di GBM, bahwa manusia harus memanggul salib Kristus, dan Tuhan pasti melihat setiap karya yang telah kita buat. Waktu itu saya berpikir, blog rohani adalah salah satu karya iman saya, jadi tidakkah Tuhan melihatnya? Tolong saya Tuhan, tolong saya Tuhan, saya manusia biasa yang sedang membutuhkan bantuan rohani untuk memulihkan jiwa ini. Karena saya belum juga mampu menenangkan diri, akhirnya saya memilih untuk tidur, dan melupakan sementara perasaan saya.
Pukul 3 lebih, saya terbangun. Rifleks saya meraih Hp dekat tempat tidur saya. Sebuah SMS masuk dari seorang sahabat saya, yang isinya membuat saya kaget. Ia mengajak saya untuk bersama-sama mengikuti misa taize! Seperti mimpi rasanya, dari dulu saya sangat menyukai lagu-lagu taize, tapi belum pernah sekalipun mengikuti misanya. Ya Tuhan, itulah jawabanMu atas pengharapan saya, bantuan rohani atas pemulihan diri itu nyata terjadi, tanpa saya duga caranya sedikitpun. Luarbiasa caraMu untuk terus memegang jiwa saya Tuhan, dan misa taize itu saranaMu untuk saya menetralkan diri kembali.
Alam semesta seperti ikut memberkati. Rembulan yang bulat sempurna, dan langit malam yang terang menyertai perjalanan menuju Gereja Wil. St. Markus Ngireng Ireng Paroki HKTY Ganjuran. Misa taize yang meneduhkan dengan cahaya temaram dan pendar lilin-lilin menyentuh jiwa saya. Ketika saya tidak mampu mengucapkan kata-kata apapun, alunan lagu taize yang penuh kata-kata singkat dan berulang-ulang, sangat mampu mewakili perasaan saya. Kristus telah menyapa saya kembali, yang sempat terkontaminasi dengan beban-beban duniawi. Ia menggenggam jiwa saya yang lelah, menyegarkannya, dan melepaskan saya kembali ke dunia nyata untuk membagi kisah ini...
Salam teduh...
Jogja, 25 Juni 2013
Malam di kamarku