Saya teringat ketika mendengar kabar bahwa beberapa teman waktu sekolah dulu meninggalkan Kristus demi bisa menikah dengan pujaan hatinya. Kecewa saya mendengar hal itu, dan jujur sejak saat itu sampai detik ini hubugan pertemanan saya sudah berbeda dengan mereka. Saya tahu itu tidak baik, namun saya belum bisa menetralkan perasaan saya terhadap orang-orang yang dahulu merupakan teman akrab saya.
Memang salah satu godaan terbesar di dunia ini adalah cinta. Cinta mampu membutakan apa saja demi kebersamaan dengan orang yang dicintai. Namun bukankah ada banyak jalan tengah tanpa harus menanggalkan kekristenan kita? Saya mengatakan hal ini karena saya adalah produk dari orang tua yang berbeda agama. Selama puluhan tahun bapak ibu saya bisa mempertahankan cintadi tengah perbedaan. Gereja sendiri juga cukup mengerti dengan hal ini, dimana gereja membuat peraturan bahwa umat katholik boleh menikah dengan orang berbeda agama dengan syarat menikah di gereja dan mendidik anak-anak secara katholik. Jadi jelas bagamana pandangan gereja.
Saya pribadi termasuk orang yang setuju dengan jalan tengah itu, namun jika saya memakai sudut pandang lain, dimana sebagai murid-murid Kristus kita punya visi misi untuk membuat gereja berkembang, maka tentu saya akan memilih orang yang seiman. Gereja tidak hanya harus bertumbuh secara kwalitas, namun juga secara kuantitas, dan banyak orang yang lupa akan hal itu.
Sebagai wanita katholik dimana katholik adalah agama minoritas di negara ini, saya sangat menyadari ada banyak kegelisahan wanita dalam usaha untuk mendapaatkan jodoh yang seiman, dan hal tersebut banyak terjadi diantara teman-teman saya. Namun bukankah Tuhan itu maha adil? Di tengah dunia yang serba tidak pasti, ini akan ada kepastian jodoh bagi mereka yang percaya. Jika cinta diletakkan diatas iman, bagaimana mungkin Tuhan akan membawa kita kepada cinta yang mendamaikan itu.. Cinta adalah produk duniawi, sedang kita tahu duniawi itu tidak abadi jadi cintapun juga tidak abadi. Lalu kenapa sampai membiarkan diri terhanyut untuk urusan yang tidak abadi tersebut?
Saya tahu pasti akan ada banyak pendapat yang mengatakan bahwa itu semua hanyalah teori belaka, karena pada prakteknya sangat sulit orang untuk lepas dari belenggu cinta. Menurut saya tidak juga, karena saya pribadi pernah meninggalkan sebuah hubungan yang berbeda agama, walau dia merupakan laki-laki terbaik untuk menjalin hubungan jangka panjang. Memang rasanya sayang sekali ketika kita menemukan orang yang sudah cocok dalam segala hal tapi harus melepaskannya, tapi sebagai seorang katholik, visi misi ini saya pegang teguh. Saya tidak bisa membohongi diri saya bahwa akan ada kekurangnyamanan kelak dalam saya dan dia berumahtangga, jadi lebih baik saya kehilangan cinta yang menyangkut urusan duniawi, daripada cinta itu dapat mengancam iman saya akan Kristus di masa depan. Saya sadar, pernikahan seiman juga tidak menjamin hubungan yang baik antara dua hati, tapi jika jalan menuju Kristus sama, bukankah akan lebih mudah menyelesaikan setiap persoalan dengan cara pandang yang sama?
Semua hal itu menjadikan diri saya hanya akan menginvestasikan perasaan kepada laki-laki seagama saja. Dengan terus mengelilingi diri saya dengan orang-orang seimanlah, hati saya akan terus dikuatkan akan pengharapan untuk mendapatkan jodoh yang seagama.
Bagi saya menikah itu menyangkut hubungan jangka panjang hingga puluhan tahun kedepan, sehingga akan lebih baik kita tidak menggunakan perhitungan matematis duniawi dalam memilih pasangan hidup, dan saya lebih suka menyikapi setiap perasaan yang ada dengan doa. Dengan doa, dengan dekat Tuhan, maka Tuhanlah yang akan turun tangan lagsung memilihkan dan meyatukan hati saya dengan jodoh tersebut. Seseorang yang bukan saja pasangan hidup saya, tapi juga sahabat dalam hidup, dimana kami akan bergandengan tangan untuk saling melindungi, saling menjaga dan saling menguatkan .
Memang tidak ada pernikahan sempurna di dunia ini, tapi jika bersama laki-laki seiman yang dipilihkan Tuhan lewat doa-doa kita, maka saya percaya hidup kitapun pasti lebih baik, dan gerejapun akan terus bertumbuh dan berkembang di masa depan.
Salam teduh...
Jogja, 19 Juni 2013
Jelang siang, di salah satu sudut Teladan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar