Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan sesekor diantaranya sesat, tidakkkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan, dan pergi mencari domba yang sesat itu? Dan aku berkata padamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannnya atas yang seekor itu daripada atas yang ke sembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.
Mat 18: 12-14
Sebagai seorang manusia biasa, kadangkala saya mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan yang memicu emosi, amarah, maupun rasa kesal ketika akan mengikuti ekaristi di gereja. Entah itu saat masih di rumah, dalam perjalanan ke gereja, atau bahkan saat sudah duduk di bangku dalam gereja. Rasa-rasa negatif tersebut kadang malah melupakan persiapan batin diri saya untuk menyambut sakramen ekaristi.
Ada dilema di hati. Jika masih di rumah, apakah saya akan tetap berangkat ke gereja walau merasa tidak pantas, atau jika sudah ada di dalam gereja apakah saya akan tetap menerima komuni atau tidak. Kadang-kadang saya bingung sendiri dengan jawabannnya. Tapi ayat di atas sangat menenangkan hati saya, apapun yang tengah terjadi dalam hidup saya, seberapapun perasaan tidak pantas itu ada, saya harus tetap datang dan dekat dengan Tuhan, karena semakin saya menjauh dan membuat jarak dengan Tuhan, maka saya akan semakin sulit untuk ditolong Tuhan. Bukankah gereja adalah tempat yang paling tepat untuk memulihkan diri dan menjernihkan pikiran? Jadi saya memilih untuk tetap datang ke gereja bagaimanapun perasaan saya.
Itulah kenapa saat ini setiap kali akan menerima komuni, doa saya seperti ini, sangat singkat : Ya Tuhan, pantaskanlah diri saya untuk menerima tubuh dan darah Kristus dari-Mu. Amin. Bapa kami...
Dan ketika selesai menerima komuni, maka doa sayapun juga sama singkatnya, seperti ini : Ya Tuhan terimakasih karena Engkau pantaskan diri saya dalam menerima tubuh dan darah Kristus dari-Mu. Amin Bapa kami...
Itulah doa saya, doa yang menjadikan diri saya merasa pantas kembali untuk tetap datang kepada Tuhan, karena saya adalah domba-domba-Nya, yang kadang hilang, tapi pasti akan selalu disambut dengan baik oleh Sang Gembala Kehidupan, yaitu Yesus sendiri.
Jogja, 11 Juni 2013
_________________________________________________________
Gereja Terfavorit : Gereja Brayat Minulyo, Patangpuluhan Wirobrajan Yogyakarta
Gereja ini merupakan gereja yang sering saya sebut dalam tulisan-tulisan saya. Sebuah gereja yang memang tidak begitu populer apalagi di kalangan anak muda, dan kalah terkenal dibanding gereja induk, Pugeran. Gereja ini letaknya masuk kampung, tepatnya berada di jalan Lokananta Patangpuluhan, dimana umatnya didominasi oleh orangtua dan keriuhan anak-anak, tapi anehnya saya sangat menyukai gereja ini, gereja yang selalu membuat saya kangen untuk mengikuti misa disitu. Gereja ini juga memberi banyak arti bagi saya, dan menjadi saksi sejarah pertumbuhan iman saya, mulai dari mengenal gereja untuk pertama kali bersama ibu, mengikuti pelajaran baptis, lalu pelajaran krisma, juga gereja tempat saya merenung, tempat saya mengucap syukur, bahkan sering menjadi tempat dimana saya berurai airmata. Dan salah satu alasan kenapa saya paling suka ke gereja di hari sabtu sore, ya karena kebiasaan sejak kecil selalu mengikuti misa mingguan yang adanya hanya tiap sabtu sore saja di Gereja Brayat Minulyo ini. Bagi saya akhir pekan identik dengan kesenangan duniawi, maka misa sabtu sore mengajarkan saya untuk melakukan kewajiban iman dahulu baru melakukan apa yang menjadi hak manusia untuk menikmati akhir pekan, sehingga Tuhan akan selalu melindungi dalam hal apapun yang dilakukan di akhir pekan, sehingga pagar untuk terus menjadi anak terang itu terus terjaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar