Akulah roti hidup yang turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup di dunia.
Yoh 6 : 51
Sebenarnya pada awalnya saya ragu-ragu untuk membagi kisah ini ke umum, entahlah saya merasa tidak berani untuk membaginya, tapi renungan saat penutupan adorasi 24 jam di Gereja Brayat Minulyo Wirobrajan Yogyakarta baru saja tadi, semakin menguatkan saya untuk membagi kisah saya, karena saya percaya Tuhan Yesus bersama roh kuduslah yang memampukan saya untuk menyusun kisah saya sebagai bahan renungan bagi kita semua.
Saya sangat memahami apa yang Anda pikirkan ketika membaca judul di atas, pasti pertanyaannya adalah kok bisa? Pasti sembrono, pasti tidak fokus, pasti posisi tangan tidak pas, dan bayak pernyataan lainnya.. Ya, saya terima semuanya, namun bisa saya katakan bahwa saya tidak dalam kondisi sembrono dan sebangsanya. Saya percaya jika Tuhan sampai mengijinkan hosti itu terjatuh, mungkin Tuhan melihat diri saya sedang tidak pantas saat menerimanya, atau mungkin Tuhan menginginkan saya belajar sesuatu yang semakin mengungatkan iman saya dengan kuasaNya yang penuh misteri...
Hosti pertama jatuh saat saya menerima komuni di gereja sekitar awal tahun 2000an, tapi yang paling saya sesali waktu itu adalah saya membiarkannya terjatuh di lantai, saya mendiamkannya, dan menunggu Prodiakon yang mengambilnya untuk saya. Ya, saya mendiamkannya seperti seorang anak kecil yang diberi makanan oleh orangtua, lalu makanan itu terjatuh, dan saya mendiamkannya....Ya, itulah pemahaman saya dahulu akan makna hosti. Pemahaman saya yang sempit itulah yang mebuat saya tidak mengerti akan kesalahan yang saya lakukan, padahal hosti bukanlah sekedar roti kecil tidak berasa, tapi merupakan tubuh Kristus yang telah dikurbankan untuk menyelamatkan kita umat manusia.
Tuhan memang menegur saya kemnudian, lewat seseorang yang memberitahu bahwa saya melakukan kesalahan besar waktu itu, dan akhirnya dengan berlinang air mata, sejuta penyesalan saya ungkapkan lewat doa, dan andai waktu boleh berputar, maka saya akan mengambil hosti yang terjatuh tersebut secepat mungkin, tidak perduli mau lantai sekotor apapun, itu adalah tubuh dan darah Kristus yang tidak boleh terjatuh di tempat yang tidak seharusnya.
Dan setelah bertahun-tahun berlalu, ternyata Tuhan mengizinkan hosti terjatuh kembali dari tangan saya sekitar satu setengah bulan yang lalu, tapi kali itu dengan hati mantap saya ambil hosti tersebut dengan cepat. Sejujurnya saya kaget sekali, kenapa hal itu sampai terulang kembali, sebegitu tidak pantaskah diri saya? Tapi ketika saya merenungkan dalam-dalam, dan flash back akan apa yang terjadi ketika peristiwa hosti terjatuh dari tangan saya yang pertamakali, saya jadi teringat akan doa dan pernyataan saya bahwa "andai saya boleh mengulang kembali ketika hosti terjatuh, maka saya pasti akan mengambil hosti tersebut secepat mungkin dan tidak akan membiarkannya tergeletak di lantai begitu saja.." dan Tuhan memang menguji pernyataan saya tersebut, agar sayapun bisa memperbaiki kesalahan besar yang pernah saya buat dahulu....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar