Senin, 30 Desember 2013

Lahir Dalam haru...






Malam kudus, sunyi senyap,

Domba-Mu berderap,
Para gembala yang jaga,
Menghadap Yesus Sang Putra,
Lahir dalam haru...
Lahir dalam haru...

(lagu Malam Kudus, MB 343 bait 2)

Lagu Malam Kudus tersebut membuat saya teringat akan kisah seorang sahabat seputar kelahirannya di dunia ini. Ia lahir di becak, ketika sang ibu dalam perjalanan hendak dibawa ke sebuah klinik di sekitar kotabaru Yogya. Menurutnya, sebenarnya ada bidan dekat rumah, namun karena mendengar bahwa klinik tersebut bisa memberi keringanan bagi orang tidak mampu, maka berangkatlah sang ayah menemani sang ibu dari rumah di area Wirobrajan menuju klinik bersangkutan memakai becak karena keluarga sederhana tersebut tidak memiliki kendaraan, dan di waktu itu taksi pun belum ada.

Namun apa mau dikata, baru sampai seputaran hotel Santika sampai jembatan Gondolayu, sang ibu sudah tidak kuat, sehingga sang bayi lahir dalam becak, di suasana pagi, dengan lalu lalang orang yang beraktifitas melewati salah satu jalan utama kota Yogya tersebut. Sang bayipun menjadi pusat perhatian banyak orang, sampai-sampai seorang polisi menyuruh becak terus berjalan di tengah-tengah persimpangan lampu merah menuju rumah sakit yang dituju. Dan setiap orang memandang dengan haru menyaksikan peristiwa langka tersebut...

Saya mencoba merenungkan kisah itu, dengan bertanya, kenapa bukan dalam mobil, bukan dalam bus, kereta, atau bahkan pesawat si bayi dilahirkan? Kita tahu becak merupakan alat transportasi umum paling sederhana, paling merakyat, karena hanya di kayuh dengan tenaga manusia. Mungkin Tuhan menginginkan sang bayi kelak menjadi sosok yang bersahaja, menghargai mereka yang kecil, lemah, karena iapun lahir dalam kesederhanaan.

Yesus juga dilahirkan dalam kesederhanaan, dalam haru, bahkan jauh dari kata layak. Di kandang hewan, dimana hanya hewan yang biasa lahir disitu. Tuhan mengizinkan Putra-Nya yang tunggal dijadikan teladan umat manusia seluruh dunia untuk senantiasa hidup dalam kesederhanaan hati. Dan dalam suasana natal kali ini mari kita merenungkan makna natal yang sesungguhnya, bukan hanya dalam perayaan duniawi semata, namun lebih dalam lagi, dengan perayaan rohani yang kita tunjukkan kepada "wajah-wajah Yesus" yang tampak pada orang-orang kurang beruntung di sekitar kita....

Yogya, 25 desember 2013
Siang..
kristianaeli@gmail.com

Minggu, 06 Oktober 2013

Minoritas vs Mayoritas


 "Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. Tetapi semuanya ini kukatakan kepadamu supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku  telah mengatakannya kepadamu. "
Yoh 16: 1-4a

Menjadi minoritas dalam negara yang mayoritas non kristiani, menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Apalagi saya selalu sekolah di sekolah negeri, dimana kadang hanya segelintir siswa saja yang katholik, bahkan pernah sekelas hanya saya seorang. Walau sudah terbiasa dengan kenyataan tersebut, tetap saja saya kaget menyadari bahwa saya satu-satunya yang percaya dengan Yesus dan bunda Maria...

Saya ingat sekali sentimen-sentimen itu kerap saya dengar dari teman-teman, bahkan dari guru-guru saya sendiri. Sayapun kerap diajak untuk pindah agama secara blak-blakan, karena menurut mereka, saya pasti akan dipuja-puja, dianggap pahlawan, bahkan mudah dapat jodoh nanti. Banyak pula pertanyaan-pertanyaan yang menjebak, memojokkan, yang tidak mampu untuk saya jawab karena keterbatasan pengetahuan iman, dan masa-masa paling berat menjadi minoritas adalah masa-masa SD, karena anak-anak seumur itu belum mampu memahami arti menghargai sebuah perbedaan, apalagi agama. Dan menjadi berbeda adalah sebuah tekanan bagi saya. Setelah menjadi dewasa dan "kenyang"  dengan pergaulan dengan lingkungan non kristiani, saya sangat salut dengan orang yang berani membuat tanda salib di muka umum terutama sebelum makan, lalu mereka yang berani memakai rosario, karena sampai detik ini saya belum seberani itu, bahkan kebiasaan untuk tidak menceritakan agama saya tanpa ditanya juga tetap ada sampai sekarang.

Namun menjadi katholik adalah sebuah kebanggan bagi saya di tenah-tengah teman, lingkungan, bahkan salah satu orangtua saya yang bukan kristiani. Bagi saya katholik adalah agama universal, agama pemberi damai dan kasih bahkan bagi mereka yang tidak mengenal Allah sekalipun, dan lewat agama inilah ada banyak peristiwa rohani diluar logika yang saya lihat dan saya rasakan. Biarlah ada banyak orang yang berpikir negatif, atau bahkan menyakiti perasaan saya tentang agama ini, tidak apa-apa, karena saya  memilih untuk mendoakan mereka saja.  Mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan, dan biarlah  Allah sendiri yang "menegur" mereka. Jadi tetaplah menjadi katholik, tetaplah berkumpul bersama dengan saudara seiman sebesar apapun tantangan itu,  karena Tuhan Yesus itu sangat setia terutama kepada umat-Nya yang juga setia..
Salam teduh..

Yogya, 6 oktober 2013, minggu siang
kristianaeli@gmail.com

Minggu, 22 September 2013

Kasihanilah Ya Tuhan....


Ketika Yesus dan murid-muridNya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan ini mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkatan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu. "Tetapi Tuhan menjawabnya : "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu yang perlu : Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil daripadanya."
Luk 10 : 38-42


Mazmur 812
Kasihanilah, ya Tuhan
Kaulah pengampun yang maha rahim dan belas kasihmu tak terhingga..

Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan diri saya ketika tiba-tiba saja saya  ingin menangis untuk beberapa saat ketika mendengar lagu mazmur tanggapan dalam misa minggu pagi di Gereja Brayat Minulyo Wirobrajan beberapa waktu lalu. Mungkin jika sendirian di gereja, saya sudah menangis tersedu-sedu. Saya tidak mampu mengendalikan hati saya bahwa ada luka disana, luka yang saya buat sendiri karena kesibukan dan rutinitas duniawi yang menelan saya, dan membuat saya seperti kehilangan rasa. 
Beberapa hari ini Tuhan memang membisikkan saya untuk meluangkan waktu untuk Tuhan, memang saya lakukan, tapi tidak maksimal, sebab saya kelelahan dengan kewajiban2 duniawi yang harus saya lakukan.
Tidak ikut misa harian, tidak berdoa rosario, jarang ikut sembahyangan, rasanya saya menjalani hari seperti robot, lelah dan menjemukan. Dan saya rindu "sentuhan" yang membuat saya sadar bahwa saya tidak boleh larut dalam kesibukan duniawi tersebut. Dan Tuhan menjawabnya.

Sebagai manusia, kita memang butuh menghidupi diri dan orang-orang yang kita kasihi, tapi bukan itu tujuan utama kita hidup kan, sehingga intensitas pertemuan kita dengan Tuhan berkurang. Dan Tuhan menegur saya lewat lagu mazmur tersebut dengan mengizinkan rasa sedih dan airmata ini ada, agar saya datang lagi kepada-Nya seintens dulu.

Mengejar duniawi memang tiada hentinya, tapi kita tetap harus berhenti sejenak, membuat jeda dari dunia hanya untuk menyapa Tuhan. Tidak dengan terburu-buru, serta tidak dengan kewajiban semata. Jadi mari sama-sama mengingatkan satu sama lain di tengah-tengah kesibukan  untuk menyempatkan datang secara pribadi kepada-Nya...
Salam teduh..

Yogya, 22 September 2013, minggu siang
kristianaeli@gmail.com


Minggu, 08 September 2013

Panggilan Tuhan Di Waktu Teduh


Janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Aku akan kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat dimana Aku berada kamupun berada.
Yoh 14: 1-3

Dini hari tadi saya terjaga dari tidur. Jam di HP menunjukkn angka 01.11. Sudah beberapa hari ini saya memang selalu terjaga lewat tengah malam, namun saat itu terasa berbeda, badan saya terasa segar, perasaan saya tenang sekali, suasana malam juga sangat hening, dan udarapun terasa nyaman. Sebenarnya saya ingin kembali tidur, karena ingin bangun pagi-pagi, tapi tidak tahu kenapa hati saya menyuruh saya untuk berdoa rosario, peristiwa gembira. Agak bimbang juga karena saya sangat jarang berdoa di jam-jam segitu. Saya biasanya berdoa sebelum tengah malam, atau kebalikannya di pagi hari setelah jam 4 an, itu merupakan waktu-waktu favorit saya untuk berdoa. Namun dorongan itu semakin kuat, sehingga akhirnya pukul 01.58 saya meraih rosario saya untuk berdoa, dan saya merasakan sekali kedamaian, keteduhan itu terus mendekat. Rasanya jiwa ini tentram sekali.
Selesai berdoa, tiba-tiba saja terlintas di  pikiran saya untuk menjadikan pengalaman dini hari tersebut sebagai bahan tulisan blog saya sekarang...

Kadang kita sengaja datang ke gereja, ke tempat-tempat ziarah atau bahkan menciptakan suasana yang teduh dan kondusif hanya untuk berdoa, tapi itu ketika kita rindu datang kepada Tuhan. Namun jika Tuhan sendiri yang tengah rindu pada kita, maka bukan kita yang mencari atau menciptakan waktu-waktu teduh tsb, tapi Tuhan sendiri yang menyiapkan dan mengatur semuanya. Siapa menyangka saya akan merasakan badan yang segar, padahal itu sudah lewat tengah malam? Siapa yang menyangka suasana malam akan terasa sangat hening dan menentramkan itu ada disekitar saya? Dan siapa yang menyangka ada bisikan di hati saya untuk berdoa saat itu? Bukankah Tuhan sendiri yang menciptaan suasana mendukung tersebut?

Namun sayang, ada beberapa dari kita yang mengabaikan penggilan tersebut, sehingga waktu-waktu teduh yang disediakan Tuhan itu terlewat begitu saja. Alasan menunda, malas, bingung, tidak tahu harus berdoa apa merupakan alasan klasik kita semua. Namun berdasar apa yang telah saya alami dini hari tadi, dengan datang ketika Tuhan memanggil, maka damai itu ada. Jika Tuhan sendiri yang menyediakan waktu yang indah, maka mari segera datang, lakukan doa apapun yang paling bisa dilakukan, dan semoga kita selalu bisa  merasakan apa yang saya alami dini hari tadi. Amin.
Salam teduh..


Yogya, 8 September 2013, minggu siang dikamar
kristiana eli@gmail.com

Minggu, 01 September 2013

Sayap-sayap Maria

Kata Maria : "Sesungguhnya aku adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu."
Luk 1 : 38

Suatu ketika, seorang teman lama saya yang telah bertahun-tahun tidak pernah bertemu dan tidak pernah berkomunikasi mengirimkan sebuah sms yang bunyinya kurang lebih begini, " Eli, aku saat ini sedang mengandung, tolong doanya Eli..."  Saya bisa membaca sebuah kegelisahan di dalam pesan itu, mungkin kegelisahan seorang ibu yang tengah mengandung muda dengan segala kesensitifitasan yang menyertainya. Saya memang belum pernah mengandung, tapi saya bisa merasakannya.... Entah apa yang terlintas di pikirannya sehingga salah seorang yang dia hubungi adalah saya.
Pesan itu singkat tapi membuat saya kaget dan terharu, sehingga saya bertanya ''Siapakah saya ini Tuhan, sehingga sahabat lama saya sampai menghubungi saya dengan sebuah permintaan khusus. Sebuah permintaan dari seorang wanita yang tengah Engkau beri karunia indah dalam rahimnya, dan wanita itu percaya saya, ia mengingat saya padahal kami jarang berkomunikasi bertahun-tahun...'' 

Bagi saya permintaan doa bukanlah permintaan yang main-main, ini lebih dari sekedar permintaan duniawi, melainkan permintaan bantuan rohani yang harus saya penuhi. Saya merasa berharga, dan merasa sangat terhormat akan hal itu, karena ia berarti PERCAYA pada saya, ia MEMBUTUHKAN saya, ia MENGINGAT saya,dan ia MENGANDALKAN saya...
Saya percaya ketika seorang sahabat mencari saya, menghubungi dan meminta doa saya secara khusus, itu akan menjadi energi penyembuh pula untuk diri saya ketika saya juga tengah membutuhkan bantuan doa. Sembuh dengan cara membantu menyembuhkan orang lain, pulih dengan cara membantu memulihkan orang lain merupakan salah satu cara Tuhan untuk selalu melindungi jiwa kita. Ketika kita memberikan energi doa untuk orang lain, maka energi doa kitapun akan diisi kembali dengan cara-Nya yang indah..

Bunda Maria juga merupakan wanita yang terhormat, diberia karunia Allah untuk mengandung PutraNya yang kudus,  dan menjadi tempat limpahan permintaan doa tiap orang di dunia, dan mungkin apa yang  sedikit saya lakukan untuk sahabat saya hanyalah titik-titik kecil di bawah bayang-bayang bunda Maria. Namun semoga apa yang saya lakukan tersebut mampu menjadi sayap-sayap Maria di dunia, dengan melakukan hal-hal kecil walau itu hanya sebuah doa sederhana namun tulus, karena saya percaya, buah-buah doa tersebut akan saya rasakan ketika saya membutuhkan, terutama ketika saya mengandung kelak. Amin.
Salam teduh...

Yogya 1 September 2013
Minggu siang dikamarku
kristianaeli@gmail.com



Senin, 19 Agustus 2013

Kau Tidak Ingin Aku Berhenti..



" Semuanya itu Kukatakan padamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia"
(Yoh; 16:33)

Hidup di dunia yang sarat dengan pemujaan ragawi memang mengharuskan kita untuk hanya memusatkan pikiran pada Tuhan semata jika ingin selalu selamat. Tantangan itupun akan semakin besar ketika kita punya tanggungjawab rohani atas keputusan iman yang telah kita ambil. Salah satunya bagi saya yang memutuskan untuk menjadi penulis blog rohani. Walau hanya tulisan-tulisan rohani sederhana, namun ada kalanya beban utnuk memikul tanggungjawab itu tidak ringan..

Ketika saya sedang dicobai, saya berpikir sanggupkah saya terus berjalan dalam status iman tersebut? Padahal kaki ini terasa berat untuk melangkah. Pernah juga saya berandai-andai, andai saya berhenti menjadi sosok yang harus bertanggungjawab untuk ikut memegang tongkat keimanan, hanya menjalani kehidupan yang ada tanpa ada pengharapan mereka yang membaca tulisan-tulisan saya. Andai saya bebas melakukan apapun dan tidak ada yang memperhatikan, pasti beban saya lebih ringan.

Namun kemudian saya merenung, saya dan Anda semua adalah manusia biasa, selama kita masih menginjakkkan kaki di tanah, maka kelemahan dan dosa itu akan selalu ada. Sebagai manusia beriman, kita memang diajarjan untuk selalu berdoa untuk mengatasi kelemahan tersebut, namun ada kalanya doa kita terasa kering, bahkan ada kalanya kita tidak mampu berdoa. Namun bukankah Yesus dikirim ke dunia agar manusia bisa lebih dekat dengan Allah, dan ketika kita sulit memahami ajaran Kristus, maka akn ada gembala-gembala gereja yang akan membantu kita kembali berjalan si jalan Tuhan. Jika gembala-gembala pun tidak ada, maka pasti akan ada sosok-sosok manusia biasa lainnya yang akan membantu kita berdiri dan bangkit. Ya.. manusia diciptakan Allah tidak sempurna agar manusia yang satu menguatkan manusia yang lain.

Tuhan akan selalu mengirimkan bala bantuan kepada saya dan Anda semua apapun status iman yang kita ambil. Bala bantuan yang akan memegang bahu kita saat kita tidak mampu berbuat apa-apa, karena Tuhan Allah telah berkuasa atas dunia ini. Dan seperti judul diatas : Kau (Tuhan) Tak Ingin Aku Berhenti.. .Ya Ia tidak mengizinkan kita berhenti. Tuhan ingin kita terus berjalan di jalan Tuhan apapun yang terjadi. Amin.
Salam teduh..

Yogya, Juli-Agustus 2013
kristianaeli@gmail.com

Sabtu, 06 Juli 2013

Mimpi, dan Kebiasaan Iman Baru


Yesus mendekati mereka dan berkata, " Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, 
Aku menyertai kamu senantiasa kepada akhir zaman."
Mat 28: 18-20

Sebagai seorang katholik, kita diajarkan utk mengikuti ekaristi, devosi, dan membaca kitab suci. Namun harus saya akui, saya paling jarang membaca kitab suci, paling-paling hanya saat berangkat ke gereja, itupun kadang memperhatikan kadang tidak, sehingga kitab suci hanya tertumpuk begitu saja di atas meja. Namun sebuah mimpi "membangunkan" saya untuk melakukan kebiasaan iman baru. Dan mimpi tersebut adalah  mengenai diri saya yang meninggal.

Mimpi menakutkan itu saya alami beberapa tahun yg lalu. Dalam mimpi, saya seakan berada di sekitar halaman rumah saya, sama persis, tapi sangat sepi, tak ada manusia satupun yang saya temui. Dalam mimpi, sayapun seakan-akan seperti bermimpi ketika tahu saya sudah meninggal. Ada rasa takut, sedih, dan penyesalan luar biasa atas apa yg telah saya lakukan ketika masih hidup, namun semua sudah terjadi, saya tidak mungkin bisa kembali lagi ke dunia, semua sudah terlambat.. Lalu seperti ada sosok yang tidak saya lihat yang mengajak saya bicara, dan kami berkomunkasi dengan bahasa perasaan. Sosok itu bertanya, apakah saya mau tahu bagaimana saya meninggal, saya bilang tidak, saya tidak mau, saya takut, dan lebih baik saya tidak mengetahuinya... Usai berkata seperti itu, sayapun terbangun dari mimpi.... 
Selama 3 bulan, saya terus mencari-cari apa yang Tuhan inginkan dari saya, karena mimpi tentang kematian diri sendiri bukanlah mimpi biasa. Saya terus bertanya apa yang Tuhan ingin rubah dari saya, hingga suatu hari mata saya menatap tumpukan kitab suci perjanjian baru  yang sedikit berdebu, yang tidak pernah saya buka. Entah kenapa saya seperti menemukan jawaban yg selama ni saya cari berbulan bulan itu. Ya, saya memang harus membaca kitab suci, sebagai wujud perubahan kebiasaan iman yang baru. Saya pun mulai membuka kitab suci dari tulisan pertama santo Matius, dan saya tekatkan utk membaca setiap hari beberapa ayat. Dan puji syukur Gusti Yesus, sampai hari ini saya sudah membaca 1 3/4 "putaran" kitab suci. Berapa lama saya menyelesaikan 1 kitab suci  bukanlah hal penting, krn menurut saya yang terpenting adalah kebiasaan iman baru yang telah saya lakukan. Namun saya menyadari banyak sekali pemahanan ayat2 yang belum saya mengerti, atau kadang2 lupa kalau ditanya teman, namun saya percaya semua adalah proses belajar, dan akan ada banyak jiwa indah yang membantu saya untuk semakin memahami isi dari kitab suci tersebut.

Mari kita semua merenung akan perubahan kebiasaan iman apa yang Tuhan mau dalam diri kita masing2, sehingga kita benar2 menjadi seorang katholik sejati dan ikut serta menyebarkan kebenaran injil ke suruh umat manusia.
Salam Teduh ...

Yogya, 6 Juli 2013, sepulang dari gereja

=========================================================

Kata-kata Yesus terfavorit:
"Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman"

Menurut saya itu adalah kata-kata Yesus yang paling dalam dan sangat menyentuh hati saya dibanding yang lain, dan saya selalu merinding ketika membaca atau mendengarnya. Kata-kata Yesus yang memberi penguatan luar biasa bagi manusia di tengah dunia yang semakin renta ini. Semoga Andapun juga menyukai kata-kata Yesus tersebut seperti saya

Selasa, 25 Juni 2013

Lingkaran Teduh Taize


Katanya kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, mengikut salibnya setiap hari dan mengikut Aku.."
Luk 9: 23

Ketika memutuskan untuk menulis sebuah blog rohani, saya didera keraguan dan rasa tidak percaya diri. Siapalah diri saya ini? Saya hanya orang biasa yang tidak begitu menguasai ilmu teologi dan bukan pula umat yang aktif dalam hal gerejani (kecuali misa dan doa-doa harian). Saya juga selalu berpikir, jangan-jangan tulisan saya tersebut hanya dianggap "sok teori" belaka. Namun rupanya Tuhan terus menerus mengarahkan saya untuk menulis sehingga blog Suara Keheningan tercipta. Blog inipun saya jadikan sarana pribadi untuk selalu eling lan waspada (ingat dan waspada), agar selalu berhati-hati melangkah dalam hidup supaya tidak melenceng dari jalan Tuhan. Jika ada orang diluar sana yang mendapatkan inspirasi setelah membaca tulisan2 saya, maka saya menganggap itu sebuah anugrah, dimana Tuhan berkarya, menjamah orang tersebut lewat tulisan2 saya.

Untuk menjadi terus eling lan waspada, dengan cepat2 meluruskan hati, juga bukanlah perkara mudah. Seperti hari Minggu siang 23 Juni 2013 kemarin, contoh konkret begitu sulitnya pengendalian diri pada saya akan godaan yang bernama emosi. Kesabaran saya waktu itu benar2 diuji, pikiran dan hati saya sepanas siang itu. Saya sadar, hal tersebut tidak boleh dibiarkan terus menerus. Saya ini menulis blog rohani, dan tidak sepantasnya kata-kata tidak terkontrol ini berada di pikiran saya. Saya terus berusaha menetralkan diri, tapi hati saya belum bisa berkompromi.

Di tengah-tengah rasa kacau dan semrawut itu, saya teringat homili dari romo Nunung saat misa sabtu sore kemarin di GBM, bahwa manusia harus memanggul salib Kristus, dan Tuhan pasti melihat setiap karya yang telah kita buat. Waktu itu saya berpikir, blog rohani adalah salah satu karya iman saya, jadi tidakkah Tuhan melihatnya? Tolong saya Tuhan, tolong saya Tuhan, saya manusia biasa yang sedang membutuhkan bantuan rohani untuk memulihkan jiwa ini. Karena saya belum juga mampu menenangkan diri, akhirnya saya memilih untuk tidur, dan melupakan sementara perasaan saya.

Pukul 3 lebih, saya terbangun. Rifleks saya meraih Hp dekat tempat tidur saya. Sebuah SMS masuk dari seorang sahabat saya, yang isinya membuat saya kaget. Ia mengajak saya untuk bersama-sama mengikuti misa taize! Seperti mimpi rasanya, dari dulu saya sangat menyukai lagu-lagu taize, tapi belum pernah sekalipun mengikuti misanya. Ya Tuhan, itulah jawabanMu atas pengharapan saya, bantuan rohani atas pemulihan diri itu nyata terjadi, tanpa saya duga caranya sedikitpun. Luarbiasa caraMu untuk terus memegang jiwa saya Tuhan, dan misa taize itu saranaMu untuk saya menetralkan diri kembali.

Alam semesta seperti ikut memberkati. Rembulan yang bulat sempurna, dan langit malam yang terang menyertai perjalanan menuju Gereja Wil. St. Markus Ngireng Ireng Paroki HKTY Ganjuran. Misa taize yang meneduhkan dengan cahaya temaram dan pendar lilin-lilin menyentuh jiwa saya. Ketika saya tidak mampu mengucapkan kata-kata apapun, alunan lagu taize yang penuh kata-kata singkat dan berulang-ulang, sangat mampu mewakili perasaan saya. Kristus telah menyapa saya kembali, yang sempat terkontaminasi dengan beban-beban duniawi. Ia menggenggam jiwa saya yang lelah, menyegarkannya, dan melepaskan saya kembali ke dunia nyata untuk membagi kisah ini...
Salam teduh...

Jogja, 25 Juni 2013
Malam di kamarku

Jumat, 21 Juni 2013

Jodoh Harus Seiman?

Saya teringat ketika mendengar kabar bahwa beberapa teman waktu sekolah dulu meninggalkan Kristus demi bisa menikah dengan pujaan hatinya. Kecewa saya mendengar hal itu, dan jujur sejak saat itu sampai detik ini hubugan pertemanan saya sudah berbeda dengan mereka. Saya tahu itu tidak baik, namun saya belum bisa menetralkan perasaan saya terhadap orang-orang yang dahulu merupakan teman akrab saya.

Memang salah satu godaan terbesar di dunia ini adalah cinta. Cinta mampu membutakan apa saja demi kebersamaan dengan orang yang dicintai. Namun bukankah ada banyak jalan tengah tanpa harus menanggalkan kekristenan kita? Saya mengatakan hal ini karena saya adalah produk dari orang tua yang berbeda agama. Selama puluhan tahun bapak ibu  saya bisa mempertahankan cintadi tengah perbedaan. Gereja sendiri juga cukup mengerti dengan hal ini, dimana gereja membuat peraturan bahwa umat katholik boleh menikah dengan orang berbeda agama dengan syarat menikah di gereja dan mendidik anak-anak secara katholik. Jadi jelas bagamana pandangan gereja.

Saya pribadi termasuk orang yang setuju dengan jalan tengah itu, namun jika saya memakai sudut pandang lain, dimana sebagai murid-murid Kristus kita punya visi misi untuk membuat gereja berkembang, maka tentu saya akan memilih orang yang seiman. Gereja tidak hanya harus bertumbuh secara kwalitas, namun juga secara kuantitas, dan banyak orang yang lupa akan hal itu.

Sebagai wanita katholik dimana katholik adalah agama minoritas di negara ini, saya sangat menyadari ada banyak kegelisahan wanita dalam usaha untuk mendapaatkan jodoh yang seiman, dan hal tersebut banyak terjadi diantara teman-teman saya. Namun bukankah Tuhan itu maha adil? Di tengah dunia yang serba tidak pasti, ini akan ada kepastian jodoh bagi mereka yang percaya. Jika cinta diletakkan diatas iman, bagaimana mungkin Tuhan akan membawa kita kepada  cinta yang mendamaikan itu.. Cinta adalah produk duniawi, sedang kita tahu duniawi itu tidak abadi jadi cintapun juga tidak abadi. Lalu kenapa sampai membiarkan diri terhanyut untuk urusan yang tidak abadi tersebut?

Saya tahu pasti akan ada banyak pendapat yang mengatakan bahwa itu semua hanyalah teori belaka, karena pada prakteknya sangat sulit orang untuk lepas dari belenggu cinta. Menurut saya tidak juga, karena saya pribadi pernah meninggalkan sebuah hubungan yang berbeda agama, walau dia merupakan laki-laki terbaik untuk menjalin hubungan jangka panjang. Memang rasanya sayang sekali ketika kita menemukan orang yang sudah cocok dalam segala hal tapi harus melepaskannya, tapi sebagai seorang katholik, visi misi ini saya pegang teguh. Saya tidak bisa membohongi diri saya  bahwa akan ada kekurangnyamanan kelak dalam saya dan dia berumahtangga, jadi lebih baik saya kehilangan cinta yang menyangkut urusan duniawi, daripada cinta itu dapat mengancam iman saya akan Kristus di masa depan. Saya sadar, pernikahan seiman juga tidak menjamin hubungan yang baik antara dua hati, tapi jika jalan menuju Kristus sama, bukankah akan lebih mudah menyelesaikan setiap persoalan dengan  cara pandang yang sama?
Semua hal itu menjadikan diri saya hanya akan menginvestasikan perasaan kepada laki-laki seagama saja. Dengan terus mengelilingi diri saya dengan orang-orang seimanlah, hati saya akan terus dikuatkan akan pengharapan untuk mendapatkan jodoh yang seagama.

Bagi saya menikah itu menyangkut hubungan jangka panjang hingga puluhan tahun kedepan, sehingga akan lebih baik kita tidak menggunakan perhitungan matematis duniawi dalam memilih pasangan hidup, dan saya lebih suka menyikapi setiap perasaan yang ada dengan doa. Dengan doa, dengan dekat Tuhan, maka  Tuhanlah yang akan turun tangan lagsung memilihkan dan meyatukan hati saya dengan jodoh tersebut. Seseorang yang bukan saja pasangan hidup saya, tapi juga sahabat dalam hidup, dimana kami akan bergandengan tangan untuk saling melindungi, saling menjaga dan saling menguatkan .

Memang tidak ada pernikahan sempurna di dunia ini, tapi jika bersama laki-laki seiman yang dipilihkan Tuhan lewat doa-doa kita, maka saya percaya hidup kitapun pasti lebih baik, dan gerejapun akan terus bertumbuh dan berkembang di masa depan.
Salam teduh...

Jogja, 19 Juni 2013
Jelang siang, di salah satu sudut Teladan




Sabtu, 15 Juni 2013

Saat Yesus Sempat Menghilang Dalam Jiwaku

 Akulah jalan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapaku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.
Yoh 14: 6-7

Saya memang bukan umat katholik yg sangat taat, tapi saya sgt setia akan agama katholik, akan trinitas, dan akan Bunda Maria. Dan agama ini saya pilih juga bukan krn logika, dmn akan selalu mudah diotak-atik oleh otak manusia yg hanya sebesar buah kelapa itu, tapi saya pilih karena sebuah RASA...
Tapi rupanya Allah Maha Besar, sehingga mengijinkan sebuah peristiwa istimewa terjadi dalam hidup saya, dmn Ia mengijinkan PutraNya yg tunggal "menghilang" bbrp waktu dlm hidup saya. 

Peristiwa ini terjadi thn 2001, kala itu di Tv ada seorang tokoh agama (yg mhn maaf tdk bisa saya sebutkan, krn itu janji saya sama Tuhan, dmn Tuhan sdh memberi ganjaran sepntasnya kpd beliau..) dmn ia memakai kata2 hinaan akan Nabi Isa, yg pada intinya mempertanyakn status anak Allah. Saya sakit hati sekali waktu itu, sy sangt kecewa dg tokoh tersebut yg tdk seharusnya mengeluarkan kalimat tidak pantas yg menyinggung umat nasrani.
Saya sgt sedih, dan saya datang kpd Tuhan dan menangis, serta terus bertnya2, benarkan bahwa Yesus anakMu Tuhan, dan orang tsb salah bukan? Saya benar2 goyah, saya ingat waktu itu adl salah satu masa terberat dalm hidup saya, krn ketika saya berdoa saya memang menyebut nama Tuhan, tapi saya tidak tahu doa ini utk siapa, saya tdk tahu doa ini sampai kemana, dan kepada siapa saya berdoa. Rasanya doa saya seperti membentur dinding, rasanya jiwa saya kosong. Saya harus mengadu kemna? Saya tdk tahu waktu itu..

Setiap saat ketika berdoa, saya menangis terus, saya minta sama Tuhan utk menunjkkn jawabannya kpd saya. Dan Tuhan maha besar,  tepat di hari ketiga, Tuhan Yesus sudah kembali lagi kpd saya, dg cara yg sangat sederhana...
Saya ingat, hari itu hari Jumat, dan ada mata kuliah agama katholik, dmn kami membahas sebuah tema yg begitu seru. Ada diskusi, ada sharing, dan saya bahagia sekali rsanya berkumpul dg teman2 seiman pada perkuliahan itu.
Nah moment Tuhan Yesus datang adl ketika saya baru saja melangkah keluar dari ruang kuliah, entah knp tiba2 saja saya teringat akan masalah yg sedang saya hadapi, tapi anehnya, tiba2 saja Yesus sudah hadir, Ia ada di jiwa saya, dan 3 hari yg lalu itu seperti mimpi rasanya... Saya bahagiaaa sekali, tapi sempat bingung, kenapa begitu mudahnya Yesus pergi, tapi 3 hari kemudian begitu mudahnya pula ia "bangkit" lagi dlm jiwa saya.. Apa maksud semua ini Tuhan...?

Saya terus merenungkan hal itu, sampai saya menemukan satu pelajaran berharga yg ternyata ingin Tuhan berikan kpd saya, yaitu bahwa kita selalu berharap Tuhan datang menunjukkn kuasanya dg cara luar biasa, dg cara yg sgt ajaib, dg cara mukjizat, pdhl Tuhan tdk selalu datang dg cara demikian, kadang Tuhan menyentuh hati kita dg cara yg sgt biasa dan sederhana, dan inilah yg byk orang tdk pahami. Kuasa Tuhan juga hadir dg cara yg sgt sederhana, sama spt ketika Ia dilahirkan juga dg cara yg sgt sederhana...

Rabu, 12 Juni 2013

Kepantasan Mengikuti Sakramen Ekaristi

Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan sesekor diantaranya sesat, tidakkkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan, dan pergi mencari domba yang sesat itu? Dan aku berkata padamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannnya atas yang seekor itu daripada atas yang ke sembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.
 Mat 18: 12-14

Sebagai seorang manusia biasa, kadangkala saya mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan yang memicu emosi, amarah, maupun rasa kesal ketika akan mengikuti ekaristi di gereja. Entah itu saat masih di rumah, dalam perjalanan ke gereja, atau bahkan saat sudah duduk di bangku dalam gereja. Rasa-rasa negatif tersebut kadang malah melupakan persiapan batin diri saya untuk menyambut sakramen ekaristi.

Ada dilema di hati. Jika masih di rumah, apakah saya akan tetap berangkat ke gereja walau merasa tidak pantas, atau jika sudah ada di dalam gereja apakah saya akan tetap menerima komuni atau tidak. Kadang-kadang saya bingung sendiri dengan jawabannnya. Tapi ayat di atas sangat menenangkan hati saya, apapun yang tengah terjadi dalam hidup saya, seberapapun perasaan tidak pantas itu ada, saya harus tetap datang dan dekat dengan Tuhan, karena semakin saya menjauh dan membuat jarak dengan Tuhan, maka saya akan semakin sulit untuk ditolong Tuhan. Bukankah gereja adalah tempat yang paling tepat untuk memulihkan diri dan menjernihkan pikiran? Jadi saya memilih untuk tetap datang ke gereja bagaimanapun perasaan saya.

Itulah kenapa saat ini setiap kali akan menerima komuni, doa saya seperti ini, sangat singkat : Ya Tuhan, pantaskanlah diri saya untuk menerima tubuh dan darah Kristus dari-Mu. Amin. Bapa kami...
Dan ketika selesai menerima komuni, maka doa sayapun juga sama singkatnya, seperti ini : Ya Tuhan terimakasih karena Engkau pantaskan diri saya dalam menerima tubuh dan darah Kristus dari-Mu. Amin Bapa kami...

Itulah doa saya, doa yang menjadikan diri saya merasa pantas kembali untuk tetap datang kepada Tuhan, karena saya adalah domba-domba-Nya, yang kadang hilang, tapi pasti akan selalu disambut dengan baik oleh Sang Gembala Kehidupan, yaitu Yesus sendiri.

Jogja, 11 Juni 2013
_________________________________________________________

Gereja Terfavorit : Gereja Brayat Minulyo, Patangpuluhan Wirobrajan Yogyakarta



Gereja ini merupakan gereja yang sering saya sebut dalam tulisan-tulisan saya. Sebuah gereja yang memang tidak begitu populer apalagi di kalangan anak muda, dan kalah terkenal dibanding gereja induk, Pugeran. Gereja ini letaknya masuk kampung, tepatnya berada di  jalan Lokananta Patangpuluhan,  dimana umatnya didominasi oleh orangtua  dan keriuhan anak-anak, tapi anehnya saya sangat menyukai gereja ini, gereja yang selalu membuat saya kangen untuk mengikuti misa disitu. Gereja ini juga memberi banyak arti bagi saya, dan menjadi saksi sejarah pertumbuhan iman saya, mulai dari mengenal gereja untuk pertama kali bersama ibu, mengikuti pelajaran baptis, lalu pelajaran krisma, juga gereja tempat saya merenung, tempat saya mengucap syukur, bahkan sering menjadi tempat dimana saya berurai airmata. Dan salah satu alasan kenapa saya paling suka ke gereja di hari sabtu sore, ya karena kebiasaan sejak kecil selalu mengikuti misa mingguan yang adanya hanya tiap sabtu sore saja di Gereja Brayat Minulyo ini. Bagi saya  akhir pekan identik dengan kesenangan duniawi, maka misa sabtu sore mengajarkan saya untuk melakukan kewajiban iman dahulu baru melakukan apa yang menjadi hak manusia untuk menikmati akhir pekan, sehingga Tuhan akan selalu melindungi  dalam hal apapun yang dilakukan di akhir pekan, sehingga pagar  untuk terus menjadi anak terang itu terus terjaga.

Minggu, 02 Juni 2013

Hosti Yang Terjatuh 2 kali dari Tangan saya...

Akulah roti hidup yang turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup di dunia.
Yoh 6 : 51

Sebenarnya pada awalnya saya ragu-ragu untuk membagi kisah ini ke umum, entahlah saya merasa tidak berani untuk membaginya, tapi renungan saat penutupan adorasi 24 jam di Gereja Brayat Minulyo Wirobrajan Yogyakarta baru saja tadi, semakin menguatkan saya untuk membagi kisah saya, karena saya percaya Tuhan Yesus bersama roh kuduslah yang memampukan saya untuk menyusun kisah saya sebagai bahan renungan bagi kita semua.

Saya sangat memahami apa yang Anda pikirkan ketika membaca judul di atas, pasti pertanyaannya adalah kok bisa? Pasti sembrono, pasti tidak fokus, pasti posisi tangan tidak pas, dan bayak pernyataan lainnya.. Ya, saya terima semuanya, namun bisa saya katakan bahwa saya tidak dalam kondisi sembrono dan sebangsanya. Saya percaya jika Tuhan sampai mengijinkan hosti itu terjatuh, mungkin Tuhan melihat diri saya sedang tidak pantas saat menerimanya, atau mungkin Tuhan menginginkan saya belajar sesuatu yang semakin mengungatkan iman saya dengan kuasaNya yang penuh misteri...

Hosti pertama jatuh saat saya menerima komuni di gereja sekitar awal tahun 2000an, tapi yang paling saya sesali waktu itu adalah saya membiarkannya terjatuh di lantai, saya mendiamkannya, dan menunggu Prodiakon yang mengambilnya untuk saya. Ya, saya mendiamkannya seperti seorang anak kecil yang diberi makanan oleh orangtua, lalu makanan itu terjatuh, dan saya mendiamkannya....Ya, itulah pemahaman saya dahulu akan makna hosti. Pemahaman saya yang sempit itulah yang mebuat saya tidak mengerti akan kesalahan yang saya lakukan, padahal hosti bukanlah sekedar roti kecil tidak berasa, tapi merupakan tubuh Kristus yang telah dikurbankan untuk menyelamatkan kita umat manusia.
Tuhan memang menegur saya kemnudian, lewat seseorang yang memberitahu bahwa saya melakukan kesalahan besar waktu itu, dan akhirnya dengan berlinang air mata, sejuta penyesalan saya ungkapkan lewat doa, dan andai waktu boleh berputar, maka saya akan mengambil hosti yang terjatuh tersebut secepat mungkin, tidak perduli mau lantai sekotor apapun, itu adalah tubuh dan darah Kristus yang tidak boleh terjatuh di tempat yang tidak seharusnya.

Dan setelah bertahun-tahun berlalu, ternyata Tuhan mengizinkan hosti terjatuh kembali dari tangan saya sekitar satu setengah bulan yang lalu, tapi kali itu dengan hati mantap saya ambil hosti tersebut dengan cepat. Sejujurnya saya kaget sekali, kenapa hal itu sampai terulang kembali, sebegitu tidak pantaskah diri saya? Tapi ketika saya merenungkan dalam-dalam, dan flash back akan apa yang terjadi ketika peristiwa hosti terjatuh dari tangan saya yang pertamakali, saya jadi teringat akan doa dan pernyataan saya bahwa "andai saya boleh mengulang kembali ketika hosti terjatuh, maka saya pasti akan mengambil hosti tersebut secepat mungkin dan tidak akan membiarkannya tergeletak di lantai begitu saja.."  dan Tuhan memang menguji pernyataan saya tersebut, agar sayapun bisa memperbaiki kesalahan besar yang pernah saya buat dahulu....



Selasa, 28 Mei 2013

Iman Pemberi Harapan

Dan ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan kepada kita
Roma 5: 4-5

Jika biasanya saya menulis apa yang saya lihat, apa yang saya dengar dari orang-orang diluar lingkup pribadi saya, maka kali ini saya mencoba untuk menggali hal-hal yang menyangkut diri saya dalam lingkup paling kecil, keluarga saya...
Saya terlahir bukan dari keluarga religius, bahkan bapak dan 99%  keluarga besar bukan kristiani. Sedang dari pihak Ibu, hanya ibu dan paman saja yang katholik. Tapi puji syukur Gusti Allah, ibu tetap menjaga kekatholikannya dan mendidik saya beserta  dua saudara saya menjadi katholik, bahkan sayapun bisa bebas ke gereja dan dibaptis. Sejujurnya tidak ada yang mudah dalam perbedaan agama di keluarga saya. Tidak ada simbol-simbol agama di rumah saya (kecuali kamar saya dan saudara), bahkan sentimen-sentimen keagamaan kerap mewarnai keseharian kami, tapi semua saya terima apa adanya, inilah keluarga saya, tempat saya tumbuh, belajar memaknai hidup, walau saya harus terus berjuang utntuk melindungi hati saya...

Kadang ada perasaan iri melihat keluarga-keluarga  lain yang bisa memasang salib dan daun palma di atas pintu rumah, memasang gambar-gambar rohani, atau rumahnya dijadikan tempat sembahyangan,  tapi sekali lagi tidak apa-apa... tidak apa-apa... Karena saya percaya, iman akan selalu memberikan pengharapan. Pengharapan pada diri saya  untuk  bisa memiliki sebuah altar kecil dalam rumah tangga saya kelak, dimana saya dan suami bisa membentuk keluarga katholik, menjadi terang bagi keluarga besar dan para tetangga, mendidik anak-anak secara katholik, bisa ke gereja bersama-sama, merayakan malam natal yang syahdu dan terutama memasang salib serta daun palma di ruang tamu saya... Dan saya percaya, imanlah yang memberikan  pengharapan bagi saya untuk bisa mendapatkan semua  hal tersebut... Amin

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Doa favorit dalam Madah Bakti : Litani Kehadiran Allah (MB 18) 
 Hadirlah disini ya Allah tinggal di tengah kami
  Hadirlah dsini terangilah hidup kami.
  ...................................
  ...................................
 Jadilah Engkau masa depan , bagi hidup kami disini
 Pada dikau kami percaya, dalam Dikau yang hidup.
 Engkau tak pernah mengecewakan orang yang percaya Padamu

Selain doa-doa utama, doa Litani Kehadiran Allah adalah doa yang sangat sering saya doakan, terutama ketika saya merasa sangat lemah, sedang terluka batin saya, dan membutuhkan penguatan. Padahal dulu saya tidak pernah "menyentuh" doa tersebut, dan selalu melewatinya, mungkin karena memakai kata "litani", karena jujur saya tidak mengerti arti kata litani, dan kata tsb cukup  sangat asing di telinga saya. Hingga pernah suatu kali saya merasa sangat down, dan satu waktu saya berdoa hampir semua doa- doa yang ada di Madah Bakti, terutama yang tidak pernah saya pakai untuk berdoa, dan saya menemukan penguatan dari doa Litani tersebut, sehingga akhirnya sayapun rajin berdoa Litani Kehadiran Allah sampai saat ini...

Minggu, 19 Mei 2013

Sebuah Iman Praktis....

"Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh  di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada tigapuluh kali lipat, ada yang ebam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat."  Dan  kataNYa: "Siapa mempunyai telinga untu mendengar, hendaklah ia mendengar." Mar 4:3-9

Peristiwa ini saya alami tepat saat misa malam Paskah 2013 kemarin di Gereja Brayat Minulyo paroki Pugeran Yogyakarta, yang ingin sekali saya bagi kepada Anda semua. Kejadiannya cukup unik, dmn didepan saya ada sebuah keluarga dg seorang anak, dimana sang ayah membuat saya geleng-geleng kepala. Waktu itu pas malam cahaya, dimana semua lampu dipadamkan, dan para misdinar menyebarkan nyala lilin dari cahaya perlambang Kristus. Nah sang ayah tadi rupa-rupanya sangat tidak sabar. Ia menyalakan koreknya dan mulai menyalakan lilinnya sendiri, dan parahnya hal itu ternyata di 'idem' kan oleh istri dan anaknya. Dan Anda tahu sendiri, lilin dari cahaya "palsu" itu mulai menyebar... Saya yg berada tepat di belakangnya jelas tidak mau meminta, jadi saya menyeberang blok tempat saya duduk hanya utk meminta cahanya asli. Tapi sialnya, baru dua langkah menuju tempat saya duduk, lilin saya padam... waduh, akhirnya saya minta cahaya lilin di belakang tempat duduk saya yang sialnya saya tidak tahu apakah itu cahaya asli atau palsu...

Ya, dari cerita saya tersebut anda bisa menilai seperti apa sosok sang pemimpin keluarga tersebut, dmana ia akan mencari terang yang paling instan ketika gelap melanda...
Tapi catatan juga buat saya, kenapa saya meminta cahaya lilin dari cahaya yg saya tidak yakin itu asli atau palsu, hanya karena saya agak malu utk menyebrang blok lagi dimana terang dari cahaya sang sumber asli jelas ada...
 
 Salam teduh...

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lagu Nderek Dewi Maria
(versi Djaduk F)



Lagu tersebut merupakan lagu rohani berbahasa jawa terfavorit saya. Saya merasakan getaran-getaran yang amat menenangkan yang saya rasakan setiap saya mendengarnya.  Waktu tu salah seorang sahabat yang sekarang tinggal di Jakarta yang mengijinkan saya mendengar lagu ini (versi Djaduk F) utk pertamakalinya di Ganjuran,  ketika berada di depan patung Bunda Maria. Luar biasa efeknya, hati saya seperti masuk dalam ruang meditasi doa, dimana teduh itu berada.  Bagi saya, lagu Nderek Dewi Maria memiliki sebuah kekuatan, seperti kekuatan yang ada ketika kita menyebut sosok Ibu, dan ibu tersebut adalah Bunda  Maria, sang Bunda Tuhan..... Sejak saat itu, ketika hati saya resah, takut, gundah, maka saya pasti mendengarkannya. 
Semoga Anda semuapun dimanapun berada, merasakan hal yang sama dengan saya menyangkut  lagu Nderek Dewi Maria tersebut....                                                                                                             

Jumat, 10 Mei 2013

Sebuah Teguran...

-Lalu Yesus masuk ke bait Allah, dan mulailah Ia mengusir semua pedagang disitu,
 kataNya kepada mereka: 'Ada tertulis:
 Rumahku adalah rumah doa, tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.' 
(Luk 19-45-46)-

Minggu siang 5 mei 2013, saya mampir ke gua Maria di Gereja Pugeran. Sengaja saya ketempat ini, karena letaknya tidak begitu jauh, dan ada sebuah rosario baru yang saya pakai berdoa yang akan saya berikan kepada seorang sahabat. Dari kejauhan, saya melihat ada dua  umat yang ada di area gua. Seorang bapak, dan seorang ibu. Awalnya saya pikir mereka berdoa, ternyata tidak, ternyata mereka tengah memperbincangkan sesuatu sambil bertengkar. Si ibu duduk di kursi plastik luar teras, dan yang paling menggganggu si bapak duduk di dalam teras gua dengan kaki selonjor. Padahal luas gua Maria ini hanya sekitar 4x6m saja. Jadi bisa dibayangkan betapa saya tidak nyaman dengan keberadaan mereka.

Saya sudah menyalakan lilin, mengambil tikar, untuk duduk, dan mempersiapkan Madah Bakti dan rosario. Saya pikir ketika saya mulai membuka Madah Bakti mereka akan mengerti,dan menyudahi pertengkaran tersebut, ternyata tidak, tetap saja mereka bertengkar bahkan dengan suara keras seakan tidak memerdulikan saya.. Bagaimana mungkin  saya bisa berdoa dengan suasana seperti ini, lagipula ini adalah area doa, tidak bisakah mereka mencari tempat lain? Ya Tuhan, saya ingin sekali memperingatkan, tapi diri saya diliputi keragu-raguan. Usia mereka sepantaran usia orangtua saya, bisakah mereka menerima teguran saya? Kalaupun  saya berani, kata-kata seperti apa yang harus saya sampaikan tanpa menyinggung perasaan mereka? Tapi jika saya diam saja, saya jelas tidak sanggup untuk berdoa. Akhirnya dengan menggela nafas panjang, mengucap nama Gusti Allah, saya mantap menegur, "Bapak ibu, nuwun sewu, kulo badhe sembayang, nuwun sewu," (Bapak ibu permisi/maaf saya mau berdoa). Kata-kata itu spontan terlontar dari mulut saya, dengan intonasi pelan dan dengan bahasa santun. Saya bisa melihat ekspresi kaget dari mereka berdua, mungkin tidak menyangka saya akan "menegur" mereka. Mereka sempat diam sesaat, namun kemudian si ibu bilang, "Monggo..". Dan mereka berdua benar-benar diam, sayapun memulai doa saya, dan saya dengar si ibu dengan berkata pelan mengajak sang bapak untuk mencari tempat lain...

Ah lega sekali...dan tinggallah saya berdua dengan patung Bunda Maria yang tampak sangat cantik dan sebatang lilin menyala yang sesekali bergoyang terkena angin, serta alunan gamelan jawa dari arah dalam gereja (entah sedang ada acara apa..) dan semuanya membuat siang itu terasa sangat teduh...

Ya, kadang kita harus tegas terhadap sesuatu yang menggangu konsentrasi doa kita, apalagi di tempat dimana seharusnya suasana hening itu ada. Tidak mudah memang, tapi saya percaya kekuatan Tuhanlah yang menjadikan saya mampu bersikap tegas utk berani menegur..
Salam teduh...
 _________________________________________________________________________________

Gua Maria Pilihan : "Gua Maria Jatingsih Yogyakarta"

 
Bagi saya, Gua Maria Jatiningsih berada pada tiga urutan atas daftar gua maria favorit saya. Mungkin karena gua maria ini menyuguhkan panorama alam yang memanjakan mata dan telinga. Saya ingat waktu pertama kali berkunjung, dari jauh saat mendekati akhir jalan salib, saya sudah terpesona dengan suara gemericik air, dan semakin jatuh cinta ketika mata ini menatap tebing kali Progo dengan alur airnya yang melengkung, air sungainya yang berkilat2 terkena cahaya matahari, dan dedaunan jati yang membuat semakin adem perasaan, namun yang paling utama adalah patung Yesus dan Maria yang berdiri anggun seakan memberi berkat bagi kami umat yang berdoa dan menyatu dengan alam.....